k,kju

fhfhj
»»  Baca Selengkapnya...

g rjkmh'

fl;
»»  Baca Selengkapnya...

lib

jhhkhk
»»  Baca Selengkapnya...

lib

»»  Baca Selengkapnya...

ponaan

ohhhh
»»  Baca Selengkapnya...

tante

»»  Baca Selengkapnya...

iiiyuyjg

vgdgwf
»»  Baca Selengkapnya...

iiiyuyjg

vgdgwf
»»  Baca Selengkapnya...

iiiyuyjg

vgdgwf
»»  Baca Selengkapnya...

iiiyuyjg

vgdgwf
»»  Baca Selengkapnya...

hgsdjhfh

fsgjgj
»»  Baca Selengkapnya...

jkyfhg

jkdsdfkhkj
»»  Baca Selengkapnya...

.

.g
»»  Baca Selengkapnya...

.

.
»»  Baca Selengkapnya...

.

.
»»  Baca Selengkapnya...

Awal Menapakkan Kaki

4-Juli-2010

Hari ini, pertama kalinya aku menginjakkan ke tanah yang serba kekuningan ini, saat pesawat Qatar Airways mulai landing, terbentang bangunan berbentuk kardus kekuningan menghampar luas memenuhi seluk beluk kota, membuat kota berwarna kekuningan.

Pukul enam tepat kita sampai di Bandara Internasional Mesir, bandara yang terkesan kumuh, tidak nampak kalau ini sebuah bandara, mirip seperti terminal bis, kotor, sempit. Sangat jauh jika di bandingkan dengan Bandara Internasional Qatar yang mewah, megah dan bersih.

Kami di jemput oleh broker yang mengurus kami, langsung di antar ke Flat kami, memang sebelumnya sempat mampir sebentar untuk perkenalan dan makan-makan. Perjalanan dari bandara menunjukkan kepada kita sisi lain Mesir yang sebenarnya, sepi, banyak bangkai bangunan, tidak ada mega-megahnya. Saat perjalanan tidak kami temukan Muslimah-Muslimah Mesir yang terkenal cantik itu.

Sebelum kami melangkah keluar Bandara Mesir, aku sempat melihat jam dinding yang tergantung di dalamnya, menunjukkan pukul enam sore. Betapa kagetnya aku saat melangkah keluar, aku kira suasana di luar mulai menggelap dan adzan Maghrib mulai bersautan. Ternyata tidak. Langit masih cerah.

Aku bertanya lagi kepada pemanduku jam berapa sekarang, memastikan jikalau jam Bandara yang salah, tidak salah perkiraanku, jam enam sore. Para pemanduku mengerti keherananku, dengan nada yang santai dia menjelaskan kepadaku.

Musim panas seperti ini waktu siang lebih lama, sholat Maghrib mulai di laksanakan pukul delapan malam, Isya’ jam setengah sepuluh.

Berbeda saat Musim Dingin, jam lima sore langit mulai menggelap, maghrib di laksanakan pukul lima sore, dan isya pukul setengah tujuh. Waktu malam lebih lama.

Aneh…..dan unik, kami harus beradaptasi dengan waktu negara ini. Ku lihat pergelangan tanganku, jam tangan pemberian bapak. Awalnya ini kepunyaan bapak, di beli di Alun-Alun bersama pak Ghorib dengan harga dua ratus ribu rupiah ( seingatku ), merek dan model terkenal.

Saat aku menjaga toko, bapak melihatku tidak pernah memakai jam tangan, beliau menawariku jam tangannya, aku menolak, aku malu.

Menjelang keberangkatan, beliau menawariku lagi jam tangannya, aku terima dengan senang hati dan perasaan segan. Beliau bilang jam ini cocok denganku, kelihatan lebih gagah. Aku tersipu.

Aku tidak mengubah jarum jam arloji ini, aku biarkan tetap menunjukkan waktu Indonesia, ada rasa penyesalan yang amat dalam di diriku jika jarum arloji ini aku ubah berdasar waktu Mesir. Semoga jam ini masih bekerja sampai aku lulus nanti, dengan jarum arloji tetap kokoh menunjukkan waktu Indonesia.

Zhie

»»  Baca Selengkapnya...

abcs