Manapakkan Kaki di Zagaziq

Kamis, 3-Maret-2011



Zagaziq adalah nama salah satu pedesaan di negeri Mesir. Kami menghabiskan waktu libur kami di Zagaziq selama dua hari. Ah…perjalanan yang singkat. Beberapa tahun yang lalu kita masih diizinkan untuk melanjutkan kuliah di seantero pedesaan di Mesir. Tapi saat ini ada peraturan khusus pemerintah untuk hanya kuliah di kota Kairo saja, padahal akan sangat menyenangkan jika bisa kuliah di pedesaan.



Ada perbedaan yang sangat kontras antara Kairo dan Zagaziq. Di Kairo, para wanitanya memakai riasan yang sangat tebal, padahal seharusnya wajah mereka sudah cantik tanpa menggunakan riasan, tetapi tetap saja mereka memakai riasan yang benar-benar sangat tebal. Berbeda dengan para wanita di Zagaziq, mereka hampir tidak memakai riasan sama sekali, kecantikan yang alami, banyak bunga desa yang bermekaran disini, Ahahaha….



Dari Kairo, ada tiga jalur untuk bisa berjalan menuju Zagazig, jalur pertama melewati area persawahan, jalur kedua area sungai nil, dan terakhir area gurun pasir. Saat berangkat kita melewati area persawahan, ehm…..persawahan gandum terbentang luas selama perjalanan, teman-teman merasa kembali ke tanah air, sudah lebih dari setengah tahun mereka tidak melihat sawah. Dan….pulangnya, kita melewati daerah gurun.



Orang pedesaan disini, memperbesar sesuatu yang sangat kecil, mereka menyebut sungai sebagai lautan, misal mereka ingin mengajak kita memancing di sungai, mereka berkata “ ayo kita memancing di laut “, padahal tempat kita memancing hanyalah sungai kecil.



Sangat berbeda dengan Indonesia, orang Indonesia itu memang rendah diri, mereka menganggap kecil sesuatu yang sangat besar. Seperti contoh TMII ( Taman Mini Indonesia Indah ), taman sebesar dan seluas itu masih kita sebut “Mini”. Di Kairo Taman Internasional luasnya gak ada apa-apa jika di bandingkan TMII, terlalu muluk dan berlebihan jika taman itu di sebut Taman Internasional.



Dan….aku menemukan banyak Bajai di Zagaziq, Hahahaha. Banyak sekali…!!!

Bahkan tidak hanya orang dewasa, anak-anak kelas 3 SD pun sudah bisa menarik Bajai. Disini Bajai disebut “Tuk-Tuk”. Dan Bajai disini di bagian belakang kursi penumpang di pasang speaker besar, selama perjalanan mereka menyetel musik khas untuk tari perut, Allah…..telingaku sakit mendengar suara musik yang dipasang keras-keras.



Dan di beberapa tempat di Zagaziq, orang-orang ngelihatin kita. Hahaha orang pedesaan yang jarang melihat Turis. Padahal kita juga sama-sama orang desa, hahahah . Turis desa masuk desa.



Tapi menurut pengalaman temanku yang pernah ke Dimyat ( salah satu pedesaan di Mesir juga ), Dimyat jauh lebih menyenangkan, jarang ada turis disana, jadi saat melihat orang Indonesia, mereka sangat menghargai dan mendewakan kita. Mereka meminta foto bersama kita (Hahaha kebalik, seharusnya kitalah yang ingin foto dengan mereka).



Dan kita di beri uang oleh penduduk sana, temanku satu rombongan saat bermain disana, di beri uang dua ratus Pound ( sekitar 300.000-an jika di Rupiahkan ), bahkan ada kabar ada pelajar yang sama sekali tidak punya uang berkunjung ke Dimyat dan di beri uang yang relatif banyak untuk membeli kitab. Dan lebih mengejutkan lagi ada pelajar Indonesia yang sampai di beri Saaqah (Rumah), saat berkunjung ke Dimyat.



semoga...suatu saat Allah memberikan aku kesempatan untuk melayangkan kaki di tanah Dimyat.....





Zhie

»»  Baca Selengkapnya...

Bingkisan dari Indonesia

Senin, 21-Maret-2011



Miftah…..saat mendengar satu kata itu, pasti kebanyakan orang mengira seorang laki-lakilah pemilik nama itu, padahal belum tentu. Yang saat ini aku ceritakan adalah seorang sahabat perempuanku bernama Miftahul Jannah.



Dia satu-satunya sahabat perempuan yang sangat peduli kepadaku, aku sungguh tidak menyadari sejak kapan dia teramat peduli kepadaku, dia menjadi begitu akrab denganku. Dia sangat mengerti aku, bahwa aku paling tidak bisa mengobrol panjang lebar di depan perempuan, aku juga tidak bisa menerima telpon dari perempuan yang bukan Mahram-ku.



Sifat keakrabannya tidak berubah, walau saat berkumpul dan berada di hadapannya aku cuma diam membisu. Dia selalu mengirim sms-sms lucu yang terkadang membuatku tertawa.



Saat ada acara Al-Masry, dia selalu mencariku ketika aku tidak hadir, menanyakan kepada seluruh teman laki-laki ku, kenapa aku tidak datang. Dia bilang dimana shohib-ku? Tidak asyik kalau tidak ada Zie. Padahal saat aku adapun aku tidak pernah menyapanya apalagi mengobrol panjang lebar dengannya. Tapi kenapa dia selalu mencariku?



Zie….panggilan akrabnya kepadaku, cuma dia yang memanggilku seperti itu.



Saat Hari Raya kemarin, 11-September-2010, dia mengirimiku sms, sms permintaan maaf jika ada salah selama satu tahun ini, aku tidak membalasnya secara langsung, karena saat itu pulsaku habis, dan toko pulsa tutup saat Hari Raya (dan saat itu juga aku belum memulai bisnisku sebagai penjual pulsa). Kejadian ini memberi efek yang besar bagiku…..



Teman-teman kemudian berkata, Zai…..di cari Miftah, dia menanyakan keadaanmu, katanya si Zie kenapa? Dan dimana? Si Miftah menelpon teman-temanku, mengirimi mereka pesan, menanyakan perihal keadaanku.



Pernah saat aku mulai mengunjungi kamar salah satu temanku, Rijal Fikri. Miftah menelponnya, bertanya si Zie mana? Saat itulah aku kebetulan masuk ke kamar Fikri dan bilang, Nah…ini si Zai…baru masuk kamarku, mau ngomong? Teleponnya langsung dia (Miftah) matikan.



Aku jadi serba salah, karena aku belum juga membalas sms Hari Raya itu. Kejadiannya jadi seheboh ini, dan dua hari kemudian,13-September-2011, si Miftah mengirimiku pulsa, Eh….aku tersentak. Aku langsung mengiriminya sms, darimana dia mengetahui kalau aku kehabisan pulsa, dia tersenyum di dalam sms-nya, mengatakan “haha kamu kok lucu Zie, aku tidak diberitahu siapa-siapa, Cuma menebak”.



*******



Hhh…..dia satu-satunya perempuan yang mengirimiku sms saat aku terkapar lemah menahan sakit selama satu minggu, memberiku semangat dan memberiku susu.

ah……saking dekatnya dia padaku, teman-teman mengira kami ada hubungan khusus, bahkan berpacaran.



Allah…gosip miring yang membuatku segan tuk “bertatap-muka” lagi dengannya, rasa segan dan tidak enak itu juga menyebar ke teman-teman Miftah. Entah kenapa teman-teman berpikiran sependek itu. Aku tidak pernah menelponnya, aku juga tidak pernah berjalan bareng, bahkan berbicara panjang lebar pun tidak. Bagaimana mungkin kita berpacaran? Allah….



*******



Dia sering bercerita kepadaku tentang masalah keluarganya, masalah para mahasiswa baik di Indo maupun Mesir yang memaksanya untuk menikah dan masalah-masalah lain yang tidak dia di ceritakan kepada orang lain.



Orang se-terpercaya itukah aku sehingga dia menceritakan semua hal itu padaku. Ah…..masalah-masalahnya lebih pelik dari yang ku alami, Allah….semoga dia di berikan kesabaran.



*******



Rabu, 23-Februari-2011, jam sembilan pagi Miftah akan melangsungkan pernikahannya di Indonesia, malam itu juga aku tidak tidur, bersama Fikri kita mengotak-atik laptop masing-masing. Saat itu aku teringat Fikri memberiku Syibsyi, snack kripik kentang aneka rasa (khas Mesir).



Padahal….aku sudah berencana di dalam hati, jika aku pulang nanti dan dapat giliran pesawat pulang, aku akan terbang ke Lampung untuk menghadiri pernikahannya, tapi ternyata Allah belum mengizinkan aku untuk pulang.



Rasa sesal yang teramat dalam hinggap di hatiku, aku tidak bisa menghadiri acara pernikahan sahabat terdekatku. Sudah dua kali kejadian ini terulang di kehidupanku. Seperti kejadian Desember tahun lalu, aku tidak bisa menghadiri acara pernikahan sahabat paling baik dan berkesan sewaktu aku SMA, Yogi.



Ah…..aku tidak menyangka, teman-teman yang paling muda umurnya di antara kami, malah paling cepat melepaskan masa lajangnya.



Ku coba membuka kembali inbox sms-ku, aku baca kembali sms-sms yang masih tersimpan di hp-ku. 16-Juli-2010, “Zie….tadi aku makan permen karet, terus permen karet-nya ketelan, bagaimana donk……?”

Ahahaha…..dia sms aku hanya untuk masalah sesepele itu…? Haha aku tidak habis pikir.



Sms seperti itu tidak akan lagi aku terima, sekarang dia harus mengabdi kepada suaminya, semoga mereka di beri ke-istiqamah-an dalam menjalankan hidup. Amien….



*******



Senin pagi, 21-Maret 2011, Hp-ku berdering……ada sms dari nomor baru. Aku buka dan ku baca. Rupanya dari Miftah, em….ternyata dia sudah kembali ke Mesir. Dia menanyakan kabar dan ingin bertemu denganku. Aku periksa jadwal kegiatan-ku hari ini, ah….Full. dari siang sampai maghrib aku ke PMIK ( Perpustakaan Mahasiswa Indonesia-Kairo ) untuk mengembalikan sekaligus meminjam buku, malamya aku ada kursus bersama orang Tanzania. Dia meminta bertemu sebentar setelah maghrib.



*******



Usai dari PMIK, tubuhku terasa amat capek, kita terpaksa pulang dengan jalan kaki karena tidak ada bis. aku sholat Maghrib di asrama, dan istirahat sejenak, menyandarkan tubuh di tembok masjid. Aq masih ada janji kepada Miftah untuk bertemu, aku mengirim sms, dan kutunggu balasan.



Lama balasannya……aku lakukan sholat Sunnah dan ku ambil salah satu kitab suci yang ditumpuk di rak masjid, aku lantunkan ayat-ayat suci sambil menyandarkan kembali tubuhku di tembok, mengistirahatkan urat-urat syarafku.



Tak berapa lama, ponselku berdering, dari Miftah. Aku tutup kitab suciku dan memaksakan tubuhku untuk berdiri dan berjalan menuju depan Asrama. Udara dingin mulai menyelimuti kulitku, aku lihat di seberang sosok wanita berjilbab besar memanggilku.



Aku tunggu dia menyebrang ( aduuuh…..tidak sopannya….seharusnya aku yang menyebrang menghampiri dia. Hiks….maklum…aku tidak ingin malam-malam masuk ke kawasan Asrama putri, apa kata orang nanti ) dia mengahampiriku dan memberiku satu kantong benda yang terbungkus plastik hitam. Aku bertanya apa ini? Oleh-oleh dari Indonesia.



Aku ucapkan terima kasih dan aku buka bingkisan dari Miftah setibanya di Asrama.

  1. 5 buah Chocolatos
  2. 6 bungkus mini kripik pisang
  3. 1 toples mungil kacang goring
  4. 1 bungkus (berisi 20 buah) terasi udang
  5. 3 buah kapal api Mocca
  6. 2 buah Tora Bika Mocca
  7. 1 bungkus (berisi 5 buah) Milo
  8. 2 buah Energen Jahe
  9. 2 buah susu Bendera Coklat
  10. 2 buah Bumbu Rendang “Mama Suka” (Warna Coklat)
  11. 2 buah Bumbu Gulai “Mama Suka” (Warna Pink )


Ah….banyak sekali, bahkan dari Indonesia dia masih begitu baik membawakan oleh-oleh untuk-ku. Kalau aku, mungkin tidak akan membawa oleh-oleh, karena berat bawaan di Bandara diperhitungkan secara ketat.



Dia langsung mengirimiku sms usai memberikan aku bingkisan “Jangan di ketawain yaa Zie…karena isinya cuma bumbu”. Tidak kok, malah bagus di kasih bumbu, kita malah sedang pengen merasakan masakan khas Indonesia.



Tubuhku remuk redam, aku ingin segera membaringkan tubuhku di kamar, tapi ada dua hal lagi yang belum aku selesaikan. Memasak makan malam dan kursus di teman Tanzania.



Aku paksakan tubuhku, aku coba menghilangkan rasa capek yang muncul di benakku. Aku mulai memasak dan aku langkahkan kaki-ku menuju lantai tiga, menuju tempat kursus.





Zhie

»»  Baca Selengkapnya...

Kesederhanaan Dalam Do'a

Kamis, 24-Februari-2011

Ponselku berdering, ibu…..suara ibu terdengar disana, Allah….

Beliau langsung menanyakan kesehatanku, aku katakana baik-baik saja, beliau menanyakan tentang dana yang di berikan pemerintah kepada kami, berapa banyak? Aku mengatakan kalau di rupiahkan sekitar lima ratus ribu rupiah, beliau senang mendegarnya, katanya lumayan, banyak. Allah…..

Aku terenyuh saat ibu mengatakan dana lima ratus ribu itu sudah banyak, menandakan sangat miskinnya kita saat ini. Dulu saat aku masih sekolah SMP, pasti ibu akan bilang, Lima ratus ribu? Kok sedikit sekali, sekarang kami tidak bisa bilang seperti itu lagi.

Manusia tidak selalu ada di atas, aku menyadarinya, maka dari itu, tidak ada perlunya kita menyombongkan diri.

Sejak lulus dari SMA, aku di tawari beberapa kali oleh keluargaku untuk kuliah di Indonesia, aku tidak mau. Melihat ekonomi keluargaku saat itu. Aku tidak ingin menguras uang keluargaku, meski demi pendidikan. Aku akan buktikan kalau kuliah di luar negeri itu lebih berkualitas dan lebih murah, meski harus menunggu lama.

Dan akhirnya, Allah memberikan secercah cahanya kepadaku. Aku bisa menapakkan kaki di negeri ini, tidak perlu membayar kos atau tempat tinggal, makanan gratis dan dapat beasiswa tiap bulan meski jauh dari cukup. Aku juga berusaha kerja part-time untuk menambal biaya kekuranganku.

Entah bisa atau tidak, aku ingin berusaha sampai akhir, sejak aku menapakkan kaki di tanah ini aku berharap tidak ada sepeser uang pun yang aku terima dari keluargaku, aku ingin mandiri, aku tidak ingin menyusahkan keluargaku lagi.

Terkadang ibu menyampaikan kata-kata kakak-ku, yang mengatakan aku disini niat belajar atau kerja? Aku katakan, keduanya. Aku disini tidak ingin mencari harta benda semata. Aku pilih kerja sambilan yang tidak mengganggu pelajaranku. Ini juga pembelajaran bagiku. Aku menyadari, setelah aku lulus nanti, aku pasti menikah dan memberi nafkah pada keluargaku. Jika tidak dimulai dari sekarang, selamanya aku tidak akan mandiri, dan aku tidak mau terus tergantung kepada keluargaku. Memalukan jika sebagai kepala keluarga, kita bersandar kepada orang lain, seharusnya kitalah yang menjadi sandaran.

*******

Ibu melanjutkan bicaranya lewat telepon, memberitahukan kepadaku Ayah mas Agus meninggal Senin lalu. Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un……..

Ayah beliau meninggal di pembaringan, usai mengimami sholat Isya’. Meninggal dengan tenang, sempat beliau mengucapkan dzikir sebelum beliau berbaring. Allah….. aku yakin beliau Khusnul Khotimah. Semoga….Amiiin….

Dan….berita menyedihkan lagi, dua keponakan kecilku, Rifky dan Afra jatuh sakit, Allah……amat berat cobaan yang di alami keluargaku di Indonesia, berikan mereka ketegaran dan kesabaran ya Allah….

Dan seuntai do’a aku lantunkan untuk dua mutiara kecilku, aku sangat berharap mereka bisa tersenyum kembali, berlari dan mengeluarkan celotehan lucu mereka, menerangi hati-hati yang tengah kelam.

Zhie

»»  Baca Selengkapnya...

abcs