Batasan Itu Bernama Umur




"1989"

tahun yang membuatku malu. tahun yang terkadang membuatku minder. tahun yang membuatku kurang percaya diri dan tidak bisa jauh melesat. yaa ... itulah tahun kelahiranku sendiri.

semenjak sekolah menengah aku dikelilingi orang-orang yang jauh lebih muda daripada aku. rata-rata mereke kelahiran 1990 atau 1991. tak jarang mereka selalu membanding-bandingkan kami.

terkadang aku berkeluh kesah kepada ibu kenapa terlalu mendengar kata-kata bibi. yaa ... saat itu bibi kami melarang untuk menyekolahkan kami di usia dini. harus menunggu umur kesekian dulu baru boleh sekolah. kami ditakut-takuti penelitian dokter yang dia baca dari berbagai koran dan sumber buku.

namun ... itu sama sekali tidak terbukti. justru dari buku-buku yang aku baca pendidikan di usia dini adalah pendidikan terbaik. dan pada akhirnya ketekunanlah yang menentukan berhasil tidaknya seseorang. bukan kapan dia mulai masuk TK dan sebagainya.

aku letih melayani teman-teman yang lebih muda dari aku itu. aku hanya diam dan mencoba menjadi bijaksana. aku tertua di sini, aku berusaha menjadi lebih dewasa di hadapan mereka. aku juga berusaha mengungguli prestasi akademis mereka. malu bukan jika nilai kita lebih rendah daripada mereka yang lebih muda daripada mereka.

*******

dan saat aku lulus SMA pun aku harus menunggu satu tahun karena keadaan ekonomi keluarga kita. dan tahun berikutnya aku diterima di Mesir, dan harus menunggu satu tahun lagi karena visa yang tak kunjung turun.

aku terasa semakin jauh tertinggal dengan teman-temanku. teman SMA-ku sudah semester 5, namun aku baru saja semester 1 di al-Azhar. namun saat aku tiba di bumi Kinanah ini, aku tidak malu lagi dengan diriku yang kelahiran tahun 1989. karena banyak teman-temanku yang umurnya jauh lebih tua dariku. ada yang 1988 bahkan 1985.

dan salah satunya teman satu kamarku saat ini, Syahir namanya. dia kelahiran 1988. umurnya jauh lebih tua satu tahun dariku. dia juga minder jika kuliah di Indonesia karena anaknya pasti muda-muda.

alasan keterlambatan Syahir karena saat dia lulus SD, orang tuanya tugas di negara Maroko. terpaksa dia harus mengulang SD kelas tiga. untuk adaptasi bahasa perancis di Maroko.

dan di tahun ini aku dikagetkan dengan datangnya guruku di Mesir. guru yang mengajarku saat SMA, kini kuliah di S1 di al-Azhar. dia menjadi juniorku!!!

alasan dia ingin belajar di sini, karena dia malu dengan murid-muridnya yang telah berkembang pesat. dia tidak mau tertinggal oleh murid-muridnya.

terkadang, aku terkagum-kagum melihat mereka yang kembali mengulang demi ilmu pengetahuan. mereka membuang jauh-jauh rasa malunya demi pengetahuan, demi menghilangkan dahaganya terhadap ilmu, demi bisa mengajarkan murid-muridnya, demi bisa mengajari anak-anaknya.

Zhie
»»  Baca Selengkapnya...

Aku Masih Menunggu . . .




"Zain... SubhanAllah yaa.. kamu sudah tingkat tiga sekarang." ungkap salah seorang temanku. Aku bisa melihat sedikit mata keputus-asaan di sana.

kita tiba di Mesir di tahun yang sama. Namun... saat ini dia masih tingkat satu. selain karena masalah psikologis yang dia hadapi saat ini juga karena ujian al-Azhar yang tak terduga.

saat menginjakkan kaki di bumi Kinanah ini, aku baru menyadari ada dunia yang benar-benar di luar perkiraan. dunia yang sulit ditebak. dunia yang tak bisa digapai oleh logika. Dunia itu bernama al-Azhar.

saat kita belajar keras dan yakin dengan jawaban ujian kita, tanpa diduga nilai pas-pasan yang keluar. justru sebaliknya, saat kita kurang belajar karena sakit, dan tidak yakin dengan jawaban kita, kita malah mendapat nilai tinggi. aneh bukan?

aku kira hanya aku yang mengalami hal seperti itu, ternyata tidak. orang lainpun mengakuinya. dan mengalami hal yang sama. dan sudah aku pastikan itu bukan hal yang kebetulan.

entah aku ini orang yang beruntung atau tidak? terkadang aku menyesal dengan nilaiku yang pas-pasan. aku iri dengan mereka yang bernilai tinggi. namun... di sisi lain, ratusan temanku gagal dan terpaksa mengulang. mereka hanya berharap lulus dan tidak menginginkan nilai tinggi.

terkadang, aku melihat deretan orang-orang yang tidak lulus itu adalah teman-temanku yang cerdas. tekun dan rajin. justru sebaliknya, teman-temanku yang lulus dan bernilai tinggi adalah mereka yang malas-malasan dan ke kuliahpun tidak pernah.

Allah ... apa yang hendak Engkau tunjukkan kepada kami dari semua hal ini...
aku masih menunggu ...

ZHie
»»  Baca Selengkapnya...

Di Balik Senja Itu . . .






Selasa, 6 November 2012

Gezeg ... gezeg ... gezeg...

kereta api seberang melewati kita. aku baru saja tiba di stasiun Hadayek. bisa dibilang ini stasiun kereta yang kurang bagus yang pernah aku lihat. bangunannya seperti gedung ambruk, atau lebih tepatnya bangunan yang baru saja tertubruk senggolan dahsyat om topan.

aku berpikiran positif saja kalau stasiun ini dalam masa pembangunan. meski tak satupun kulihat tukang bangunan yang bekerja di sana.

Gezeg ... gezeg ... gezeg ...

kereta kedua yang berlainan arah telah lewat. beberapa orang mulai gelisah. kulihat bapak-bapak dengan pakaian kemeja putih membungkukkan badannya ke samping, memandang jauh ke dalam rel kereta api.

tidak biasanya kereta terlambat. biasanya cuma jedah beberapa menit dari kereta seberang, kereta jurusan kita akan muncul.

Gezeg ... gezeg ... gezeg ...

kereta ketiga dari seberang mulai muncul, namun kereta kita tak juga menampakkan batang hidungnya. aku mulai gelisah seperti bapak tadi. akupun melihat jauh ke dalam terowongan. namun nihil. aku tak melihat tanda-tanda kereta akan muncul.

malam ini aku pergi ke kedutaan Jepang. karena ada penampilan musik dari pemusik Syiria dan pemusik Jepang. karena itulah aku sekarang berada di sini. di statiun Hadayek.

terkadang aku menyempatkan waktu untuk pergi ke sana. pihak kedutaan Jepang menyelenggarakan acara untuk umum. dan gratis. ini yang aku suka. haha

biasanya kita menonton bersama, dan tak lupa ada makanan ringan yang disediakan panitia usai acara.

*******

aku tak melihat sosok Mariam. mungkin Mariam kecapean karena praktek di Rumah Sakit hari ini. atau memang dia tidak suka acara musik seperti ini. dia memang tidak suka musik apapun. kecuali musik bayati. musik ketimur tengahan.

dan aku sempat terkaget melihat sosok yang kukenal di antara kerumunan gadis Mesir yang mengobrol. sosoknya mirip Kheloud, namun terlihat lebih putih dan lebih muda. dan... bola matanya berwarna biru?!! ah... sudah pasti itu bukan dia.

Gezeg . . .
Gezeg . . .

kereta keempat dan kelima dari seberang sudah datang, namun belum juga kereta kami muncul di hadapan kami. aku sempat berpikir pasti ada kecelakaan kereta, dan koran besok pagi akan memberitakan tentang kecelakaan ini.

stasiun dari sisi kami mulai penuh dengan orang. sesak. berbeda dengan stasiun seberang yang sunyi, karena hampir setiap lima menit kereta baru mengangkut mereka.

Gezeg . . . gezeg . . .

kereta keenam dari seberang lewat. suasana semakin sesak. aku pun mulai terhimpit. umpatan demi umpatan kini kudengar dari mulut ibu-bapak Mesir. suasana pengap membuat orang gampang emosi.

saat keadaan mulai genting, benda persegi panjang itu akhirnya muncul dari terowongan. membawa penumpang yang penuh sesak. orang-orang di belakangku sudah siap beradu badan saat kereta berhenti dan membukakan pintunya.

Jglek . . .

pintu terbuka secara otomatis. keadaan di dalam kereta penuh sesak. dan tidak mungkin semua penumpang diangkut. aku langsung berjalan cepat menuju pintu itu. bapak-bapak berbadan besar dan gemuk menghimpitku. aku tak mau kalah, aku terobos celah kosong dan berusaha melangkahkan kakiku. beberapa orang mendorongku dari belakang. aku sempat lunglai dan kehilangan keseimbangan, namun aku tahan dengan kakiku dan maju kembali. dan akhirnya aku bisa masuk. pintu kemudian tertutup.

suasana di dalam kereta tak jauh berbeda dengan di luar. penuh sesak dan panas. lebih parah malah. menggerakkan lenganpun tidak bisa karena aku terhimpit badan besar orang Mesir. kipas angin yang ada di dalam kereta tak mampu mengobati pengapnya udara di sini.

aku mendengar sayup sayup nenek penjual tisu. dia kesulitan berjalan menawarkan tisu. memang seperti inilah Mesir. aku kira Mesir amat jauh berbeda dengan Indonesia, ternyata tidak. aku yang dulu beranggapan tidak ada penjual keliling di dalam bis dan kereta. ternyata harus terkaget-kaget melihat penjual tisu, permen, alat dapur dan alat elektronik di dalam bis dan kereta.

dan aku tidak menyangka juga ada penjual ubi rebus dan jagung bakar di Mesir. sebenarnya orang Indonesia yang meniru Mesir, atau orang Mesir yang meniru Indonesia?

aku berpikiran buruk kalau saking kreatifnya mahasiswa Indonesia berjualan di bis dan  kereta sampai ditiru oleh orang Mesir itu sendiri.

*******

nenek itu masih tersekat dan sulit bergerak. sementara tak satupun penumpang yang mau membeli tisu nenek itu. mereka berwajah dingin dan pura-pura tak mengetahui keberadaan nenek itu. suasana pengap dan terhimpit mengeraskan hati mereka.

dengan sisa tenaga yang ada aku gerakkan tanganku dan mengambil receh yang ada di tasku. dua pound berhasil aku raih. aku letakkan uang receh itu di tangan keriput nenek itu. lantas nenek itu memberiku sebungkus tisu. aku menolak namun nenek itu memaksa. kesekian kalinya aku menolak namun nenek itu terlihat mulai menitikkan air mata. aku tak enak kati dan menerima tisu itu.

mungkin nenek itu merasa malu dan tidak mau mengemis. oleh karena itulah dia menjual tisu. dan tidak mau menerima uang pemberianku secara cuma-cuma. mengemis akan menghilangkan harga dirinya.

nenek itu melangkah untuk menjual tisunya lagi. dan menembus kerumunan orang. namun langkah nenek terhenti seketika saat melihat uang pemberianku melebihi harga tisu. dia langsung mengambil tisu satu lagi dan menyodorkannya ke diriku.

aku berkata, "satu saja sudah cukup, nek. terima kasih."

nenek itu lantas melanjutkan perjalanannya.

betapa bangganya anak dan cucu nenek itu. mempunyai nenek seteguh dan sekuat dia. nenek yang tidak mau mengemis meski umur sudah menggerogoti tubuhnya. nenek yang mau berjualan meski semua kulitnya sudah menua dan keriput. nenek yang tetap mempertahankan harga dirinya meski tangan dan kakinya sudah gemetaran menahan tubuh ringkihnya.

Zhie
»»  Baca Selengkapnya...

Kebanggaan Kita


Sabtu, 17 November 2012

aku sobek bungkus persegi itu. aku keluarkan dua helai bungkus yang ada di dalamnya. dan aku tuangkan mie bersama bumbunya ke dalam panci air panas. aku menunggu beberapa menit untuk menyajikannya...

aku tak mengira sebelumnya, meski jauh aku melanglang buana, aku tak lepas dari benda satu ini. Indomie!. aku tak mengira pemasaran Indomie sampai di Mesir dan negara-negara Afrika.

biasanya... kami membeli bahan-bahan mentah untuk kami masak sendiri. namun, lama-kelamaan kita bosan juga terus-terusan memasak. dan akhirnya mie instan asal Indonesia itu menjadi pelarian kita.

serasa hidup menjadi anak kos Indonesia. tinggal di kamar yang tak begitu luas. membeli mie instan saat uang mulai menipis atau saat malas memasak.

*******

Mmmm....
mengenai harga... harga satu bungkus indomie di sini satu setengah pound, atau kalau dirupiahkan sekitar 2000-an . mahal yaa? haha . yang penting instan, buatnya cepet gak pake motong-motong sayuran atau menyiapkan berbagai resep untuk masak. Haha

Dan yang membuatku bangga. iklan Indomie ada di dalam Metro! Stasiun kereta bawah tanah kebanggaan rakyat Mesir. iklannya gak tanggung-tanggung, besar dan menghias pandangan mata. seolah rakyat Indonesia telah menjajah Mesir melalu Indomie-nya. Haha.

Zhie
»»  Baca Selengkapnya...

Kilau Yang Menembus Kepekatan


Jum'at, 16 November 2012

aku kehilangan motivasi. aku tak seperti dulu lagi. entah kenapa beberapa tahun ini aku tidak bisa tekun belajar, tak bisa bersungguh-sungguh kuliah. belajar dan menghafal al-Qur'an pun cuma saat mendekati ujian.

aku sudah seperti ini semenjak pertama kali menginjakkan kaki di bumi Kinanah ini. ada apa denganku Ya Allah?

orang-orang selalu termotivasi karena jauh dari orang tua dan keluarga. orang-orang juga terbakar semangat karena kuliah di Mesir adalah amanah keluarga juga ingin membanggakan mereka.

namun... kenapa aku tak bisa? seolah aku tak merasakan hal-hal itu. aku tahu pengorbanan kakak dan keluargaku demi mewujudkan cita-citaku. namun... kenapa semangatku tak bisa terbakar? seolah keinginan untuk membanggakan mereka tak ada. semangat untuk bersungguh-sungguh dan berjuang mati-matian pun tak ada. nasehat-nasehat ibu pun tak membekas di hatiku.

ada apa dengan keluargaku? kenapa tidak bisa menjadi motivasiku lagi?

atau lebih tepatnya... ada apa denganku?

*******

"Zain, belajar Dirasat Islamiyah berbeda dengan yang lainnya. dia belajar dengan hati"

perkataan Mama Khalidah (ibunya Mariam) membuatku malu. dia terlalu mengagungkan aku. aku cuma mahasiswa dengan nilai yang pas-pasan. namun dia begitu memujiku. aku malu dengan diriku sendiri.

Mama begitu terkagum-kagum mendengar diriku yang kuliah di fakultas Dirasat Islamiyah. fakultas tersulit menurut orang Mesir sendiri. Mama bercerita kepada Mariam tentang temannya yang kuliah di fakultas Dirasat Islamiyah yang sering gagal. dan memberitahukan begitu hebatnya fakultas itu.

fakultasku memang bukan fakultas biasa. ada beberapa fakultas agama di al-Azhar ini. ada Aqidah dan Filsafat, Sastra Arab, Sejarah, Da'wah, Fiqh, Tafsir, Hadits dan lain lain. dan fakultasku mempelajari semua pelajaran itu secara mendalam. bukan hanya di permukaan, karena jika mempelajari di permukaan ada fakultas tersendiri, namanya Tarbiah.

beberapa kali aku ke rumah Mariam. ibunya selalu ingin aku menjadi imam. padahal terkadang ada beberapa sepupu Mariam yang sedang berkunjung di sana. aku minder. bagaimana seorang Indonesia seperti aku menjadi imam keluarga Mesir?

aku berkata kepada Mama Khalidah bahwa suaraku tidak bagus. namun dia berkata, "tidak apa-apa Zain."

dan usai sholat beliau memuji suaraku, "suaramu bagus, Zain." dan terus berkata seperti itu.

aku malu Ya Allah... aku malu pada mereka karena tidak bisa menjadi yang terbaik. aku malu karena nilai pas-pasan ini. kebeningan katanya, kemurnian hati dan kasih sayangnya membuncahkan kembali semangat belajarku. begitu membekas di hatiku. tertancap ke sumsum tulangku. mengalir indah di nadi dan aortaku.

keinginan untuk menunjukkan hasil yang terbaik itu muncul kembali. aku ingin tekun belajar untuknya. aku ingin menunjukkan nilai-nilai terbaikku kepadanya. aku ingin membuatnya bangga. aku ingin mengucapkan terima kasih kepadanya karena mengangkat pemuda Indonesia yang biasa ini menjadi bagian dari keluarganya.

Zhie
»»  Baca Selengkapnya...

Gemilang yang Memudar



Jum'at, 16 Oktober 2012

beberapa hari yang lalu, saat diri ini membuka kembali tas ranselku satu-satunya. aku menemukan lembaran kursus B.Jepang. teringat kembali saat-saat itu. aku menerima lembaran itu dengan angan bahagia. di sana tertulis persyaratan membawa foto copy id card. aku menyampatkan diri memfoto kopi kartu pelajar al-Azhar kebangganku sebelum berangkat ke tempat kursus.

namun angan itu telah sirna. mengabur. mimpiku untuk membaca buku-buku berbahasa Jepang sirna. mimpiku berbicara panjang lebar kepada teman-teman Jepangku lenyap. mimpiku mengajar beberapa teman Jepangku tentang islam kandas. aku kecewa.

aku sengaja tidak memberitahukan siapa-siapa masalah itu. karena kesedihan, aku sering diam, mengintrospeksi diri, mencari hikmah apa yang hendak Allah tunjukkan dan lama tak berbicara dengan Mariam.

Sabtu lalu (10 Oktober) aku memimpikan Mariam. entah apa yang terjadi, aku sudah beberapa hari ini tak memikirkan Mariam. namun tiba-tiba dirinya muncul ke dalam mimpiku. aku terbangun saat tahajud, dan langsung menanyakan keadaan dirinya.

dan pertanyaan tak terelakkan itu pun datang. dia bertanya tentang kursus b.Jepangku. dan dia berkata, "Zain... jangan sedih. bahasa Jepang membutuhkan konsentrasi sendiri. fokuslah kepada kuliahmu terlebih dahulu."

yaa.. mungkin Allah ingin aku untuk fokus pada kuliahku.

sebenarnya dua tahun ini aku tidak bisa belajar dengan baik. belajarpun sekenanya. seolah setahun masa penantianku menunggu visa turun menghilangkan hampir semua ilmuku di bangku sekolah menengah atas (SMA).

aku pun tak tahu kenapa? aku yang kata guruku cerdas dan pekerja keras tiba-tiba menjadi orang yang berkebalikan seratus delapan puluh derajat. aku yang selalu mendapat nilai tinggi di Indonesia namun di sini hanya mendapat nilai pas-pasan.

apakah karena aku pernah berbuat kesalahan sebelum aku berangkat ke Mesir sehingga menghilangkan seluruh ilmu agamaku?

aku mencoba mengingat kesalahan yang aku buat. sepertinya saat itu... saat aku makan di restoran bandara Juanda bersama keluargaku...

saat itu kami memesan jus apukat untuk kedua keponakanku. aku berkata, "jus apukat dua, mbak (aku tidak bilang jus tanpa es atau dengan es)."

dan pesananpun datang, kami terkaget karena jusnya dingin. kedua keponakanku tidak bisa meminum jus dingin karena kami takut mereka berdua sakit. aku bertanya kepada seorang ibu-ibu yang ada di dalam restoran dengan pelan, "Bu, jusnya kok dingin?"

spontan  ibu itu memarahi pelayannya. aku tak tahu kalau ibu itu pemilik restoran. dan aku juga tak tahu kalau responnya seheboh itu. si gadis pelayan mencoba membela diri kalau aku tak memesan jus apukat tanpa es, dan temannya pun mencoba membela dan bertanya langsung kepadaku yang tengah duduk bersama keluargaku.

aku terdiam. kelu. tak mampu untuk berbicara. melihat respon diamku, si ibu pemilik toko menggiring pelayan itu ke suatu tempat sambil terus memarahinya. entah setelah itu apa yang terjadi. dipecatkah pelayan itu? bagaimana kalau pelayan itu bekerja di sini untuk menghidupi keluarganya di kampung atau membiayai adik-adiknya sekolah?

do'a orang yang terdzolimi dikabulkan oleh Allah.

apakah dia merasa terdzalimi karena aku Ya Allah? sehingga hampir semua ilmu agamaku hilang tak berbekas. aku berjalan di Azhar seolah tak berbekal. aku juga kehilangan motivasi. aku tak seperti dulu. aku kehilangan diriku yang gemilang.

Zhie1
»»  Baca Selengkapnya...

Balutan Kecewa



Ahad, 4 Oktober 2012

Sakit hati, itulah yang aku rasakan saat namaku tak ada di daftar nama yang tertempel di tembok dekat lift itu. aku mencoba mencari-cari namaku untuk kesekian kalinya, berharap aku melewatkan satu nama, namun tak juga aku temukan namaku.

sore ini aku berangkat ke Tahrir untuk melihat sebuah pengumuman. 30 Desember lalu aku mendaftar untuk belajar bahasa Jepang di Japan Foundation. ternyata banyak yang berminat berbahasa Jepang, dan akulah satu-satunya orang Indonesia di ruangan itu, sisanya adalah orang Mesir.

di sebelah tempat dudukku, aku berkenalan dengan Ahmad Mohie. seorang pemuda Mesir berperawakan gagah nan tampan. aku baru tahu kalau dia menikah dengan perempuan Jepang. dan telah dikaruniai dua orang anak. dia belajar bahasa jepang karena ingin bisa bekomunikasi dengan istri dan anaknya. Dia berkata, "Haha anakku adalah guru bahasa Jepangku. aku belajar dari dia."

dan di ruangan berbentuk persegi itu aku, Ahmad dan tiga gadis Mesir dipanggil dan diwawancarai. mereka semua lulusan universitas umum, cuma aku satu-satunya orang yang kuliah di jurusan agama.

para penguji bertanya panjang lebar kepada semua orang. di tanya kenapa suka Jepang dan sebagainya. aku mendengar seorang gadis bercerita namun aku lupa dia berbicara apa. kemudian giliran Ahmad yang menceritakan dirinya dan keluarganya.

kemudian gadis Mesir di samping kiriku yang ingin langsung naik ke level 3 karena dia adalah pengajar orang Mesir untuk bahasa Jepang namun saat dites si penguji dengan bahasa Jepang dia masih gagap. si penguji bertanya, "darimana kamu belajar bahasa Jepang?"
"Saya belajar dari Internet dan buku"
"kamu sebaiknya mulai dari level 1"
"tidak bisakah aku ikut tes percepatan?"
"kamu lihatkan? aku menanyaimu dengan bahasa Jepang tetapi kamu tidak bisa menjawab. level 1 lebih baik untukmu. kamu akan menemukan banyak hal di sana."

gadis itu terdiam. aku bisa menangkap gurat kekecewaan di wajahnya. namun dia berusaha menahannya. aku ikut sedih menyaksikan apa yang terjadi.


kemudian giliran gadis Mesir yang duduk di samping kananku, dia bercerita tentang kegemarannya menggambar komik Jepang dan segera ingin belajar bahasanya.

dan tibalah giliranku. si penguji cuma menanyaiku singkat, kenapa? aku juga tidak mengetahuinya secara pasti.  aku tidak ditanyai kenapa suka Jepang dan sebagainya. Dia hanya bertanya mengenai jurusan Islamku.

sebenarnya untuk bahasa Jepang, sejak di Indonesia aku sudah membawa beraneka software, audio, e-book dan lain lain untuk menunjangku berbahasa Jepang. sudah banyak koleksiku mulai pembelajaran dari Japan Foundation sendiri, dari Minna no Nihongo, Tell me more, monbugakakusho dan lainnya. namun sampai saat ini aku belum pernah belajar dengan serius, hanya buka-buka sebentar kemudian hilang dan lupa lagi.


dan untuk itulah aku membutuhkan Japan Foundation. aku berharap para pengajar mampu mendobrak smengatku dan menghilangkan kemalasanku untuk belajar bahasa Jepang. aku dari dulu ingin sekali bisa lancar bahasa Jepang, namun karena tidak ada partner, aku malas mempelajarinya.

*******

saat adzan Ashar berkumandang, aku meninggalkan asramaku dan berangkat ke Japan Foundation. aku mencoba menaiki lift namun karena terlalu lama, aku akhirnya menaiki tangga.

aku tidak sabar melihat namaku tertempel. aku ingin cepat-cepat bisa bahasa Jepang. aku telusuri pandanganku ke tiga buah kertas yang tertempel di dinding. aku perhatikan dengan seksama kertas pertama, kedua, dan ketiga. Tidak Mungkin!!!


aku kembali melempar pandangan mataku ke kertas pertama. namun setelah berulang kali aku mencoba, tetap tak kutemukan namaku. aku bertanya kepada diriku sendiri, kenapa?

aku melihat perempuan Jepang dengan rambut pendek sepanjang bawah telinga. nampak gurat wajahnya yang mulai menua, itu ...  ibu Penguji!! aku bertanya kenapa namaku tidak ada, mungkin ada alasan yang logis.? namun si penguji nampak cepat-cepat menghindariku dan tidak menjawab pertanyaanku dengan logis.

aku pulang dengan hati yang terpecah belah. aku berpikir keras kenapa namaku sampai tidak ada di sana? aku mencoba memikirkan kejadian-kejadian sebelumnya saat si penguji tidak menanyaiku dengan banyak.

apakah dari awal si penguji sudah illfeel karena aku sekolah di jurusan islam? karena perlu kau ketahui kawan, penduduk Jepang di Mesir hampir tidak ada yang beragama Islam, cuma segelintir orang yang beragama Islam, bisa dihitung dengan jari. bahkan dari sekian penduduk dunia yang kuliah di Al-Azhar, aku tak menemukan satupun orang Jepang.

mungkinkah mereka takut kalau aku bisa berbahasa Jepang, aku akan berbicara tentang islam kepada mereka (penduduk Jepang) ?

bagaimanapun juga, hatiku masih sakit. padahal aku ingin segera melahap habis buku-buku berbahasa Jepang yang ada di perpustakaan. aku ingin berbicara bahasa Jepang kepada teman-teman Jepangku.


entah harus aku obati dengan apa sakit hatiku ini. Bagaimanapun Allah pasti ingin menunjukkan sesuatu kepadaku atas apa yang aku alami hari ini.


Zhie
»»  Baca Selengkapnya...

Jarak



Jum'at, 2 - November - 2012

Beberapa hari ini, aku mengalami penurunan iman. ini biasa terjadi pada anak muda sepertiku. entah aku sulit mengingat Allah, sulit rasanya membuat lidah ini berzikir kepada Allah. juga aku terkadang melupakan tahajud dan Dhuhaku. apa yang terjadi kepadaku??

saat aku mengalami penurunan iman, aku tidak lagi memikirkam Mariam, dan seolah tidak ada benih cinta sama sekali di dalam diriku. mungkin ini isyarat dari Allah untukku, bahwa orang yang jauh dari Allah tidak berhak menerima dan merasakan cinta.

Kemarin (Kamis, 1 November 2012) aku berencana mengikuti pameran Universitas Jepang, namun karena tidak tahu tempat pastinya aku sampai di beberapa lokasi yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. dan banyak orang miskin yang menengadahkan tangannya di sana.


aku keluarkan isi kantongku, banyak uang receh. dan aku penuhi tangan kosong mereka dengan kepingan uang pound. entah aku tak memikirkan lagi uang untuk pulang, atau uang untuk beli minuman dan makanan. yang aku pikirkan bagaimana membuat hatiku tenang. hati akan merasa tenang dengan sendirinya jika kepingan-kepingan itu sudah aku sampaikan kepada mereka. Ah, uang-uang itu cuma titipan dari Allah, tanggung jawabku hanya menyalurkan uang itu kepada mereka.


*******

tanpa di duga, malamnya aku terbangun dengan sendirinya. aku lihat jam di ponselku, waktu subuh belum tiba. ini... Waktu Tahajjud!!!


" Saat engkau terbangun di sepertiga malam, Berbahagialah... artinya Allah memilihmu untuk bisa berdua dan menyendiri bersamamu."


Akhirnya... Allah memilihku..!!
Aku langsung berjalan ke tempat wudlu dan membasuh wajah dan anggota tubuh yang lain.  beberapa hari ini aku selelu terbangun di waktu subuh, sedih rasanya Allah mengetahui Allah tak memilihku. namun saat ini, aku tak boleh menyia-nyiakan panggilan Allah.


*******


pagi menjelang...
aku merasa imanku sedikit demi sedikit membaik. mungkin karena sedekah yang aku lakukan kemarin. mengobati jiwaku yang tengah sakit.


aku tiba-tiba teringat Mariam pagi ini, aku melihat tulisan Mariam yang ditulis 12 jam lalu. dan... aku tak menyangka... Mariam keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur ibu?!


Allah... aku tak menyangka. seolah aku tak sanggup lagi menggapainya. sepertinya derajat Mariam terlalu tinggi buatku. tiba-tiba aku minder.


Kakeknya memberitahu kepada Mariam, kalau dia keturunan Turki dan generasi terdahulu tinggal di Maroko kemudian pindah ke Mesir. dan mereka keturunan Rasulullah SAW dari garis ibu.


kalau di Indonesia, mereka yang keturunan nabi Muhammad disebut Habib dan Syarifah. mereka amat menjaga keturunannya, bahkan mereka pun harus menikah sesama pemilik keturunan Rasul. tidak diperbolehkan menikah dengan orang biasa. demi menjaga garis keturunan katanya.

aku merasa tak berhak lagi berdiri di sampingnya. laki-laki biasa sepertiku, mana bisa sebanding dengan gadis se-sholihah dia, sekaya dan pemilik garis keturunan mulia seperti dia.


entah skenario apa yang Allah berikan untukku...
»»  Baca Selengkapnya...

abcs