Ujian yang Melelahkan





Rabu, 11 Januari 2012

aku lihat sejenak Ponselku, terpampang di sana, jam 1 dini hari. pandanganku sedikit demi sedikit mulai mengabur. kepala ku pun tak bisa lagi ku kendalikan. terasa sakit di bagian belakang. sejak tadi malam, aku terus berkutat dengan buku. duduk tak bergerak memandangi dan membuat ringkasan.


aku lihat sekelilingku, dua orang temanku sudah terlelap. aku pun tak kuat lagi memandangi tulisan arab yang terlukis di buku itu. dari lubuk hati, ingin rasanya meneruskan belajarku. tapi tubuhku tak mau mendengarkan tuannya. aku terpaksa mengistirahatkan mata dan kepalaku, menuliskan kisah yang menghias hariku, menggunakan Laptop salah seorang teman yang tergeletak di meja belakangku.


Senin, 9 Januari 2012, ujian pertamaku.

hari ini, kita menghadapi ujian Literatur arab. tiga buku harus kita lahap malam itu juga. materi yang cukup menguras tenaga, Literatur bahasa indo saja belum tentu bisa kita pahami. bukan hanya literatur modern saja yang kita pelajari. tetapi juga literatur sebelum zaman islam, sebelum nabi Muhammad lahir, yang hampir hilang jejaknya.


deratan sya'ir arab harus mengantri di benak kami. beberapa kata asing bermunculan di sini. kata-kata asing yang bahkan tak kutemukan di kamus. terkadang aku sempat frustasi, lebih dari dua kamus besar aku bolak-balik, tetapi tak kutemukan juga kata yang aku maksud.


+++++++


pagi ini, kita sedikit mengalami patah semangat. RUANG UJIAN KITA TIDAK ADA...!!! AAAARRRRGGGHHH....!!!!! sudah jelas-jelas nomor ruangan kita nomor 48. tetapi tak satupun ruangan yang bertuliskan angka 48. kita bertanya berkali-kali kepada penjaga masing-masing ruangan. satu penjaga mengatakan ruangan kita ada di atas. kita pergi ke atas. penjaga ruangan atas mengatakan ruangan kita di bawah. kita menuju ke bawah. penjaga ruangan bawah mengatakan ruangan kita di samping. kita pergi ke samping yang ternyata hanya ruangan kosong tanpa ada murid, ataupun penjaga.


rasa cemas mulai menghinggapi benak kami. teman-teman dari ruangan lain sudah mulai mengerjakan soal, tetapi kita masih berputar mengelilingi gedung, mencari ruang ujian yang tak juga kami temukan. betapa cemasnya hati kami saat itu.


+++++++


satu hari menegangkan sudah kami lewati. aku menapakkan kaki di asrama saat Adzan Ashar mulai menyelimuti hari. sesuatu yang tak diinginkan pun terjadi. kepalaku mulai sakit.


aku teringat sms Kheloud di malam sebelum aku menghadapi ujian, " Zein...besok kamu menghadapi ujian....jangan lupa tidur lebih awal." awalnya aku ingin begadang, belajar sampai pagi. karena teman-temanku semua seperti itu, mereka tak membiarkan pelupuk mata mereka mengatup malam itu. aku tidak ingin tertinggal dari teman-teman. tetapi...perkataan Kheloud ada benarnya juga...aku tidak ingin mengantuk dan tidak bisa berkosentrasi di ruang ujian. akhirnya pukul 2 malam aku menyudahi belajarku. memang aku akui terlalu malam. tetapi jika aku tidur lebih awal dari itu, aku takut tertinggal dari teman-teman.


entah ada insiden apa hari itu. setelah ujian, kita semua serentak kena Migrain. apa karena materi ujiannya yang sangat berat? aku rasa tidak. karena saat ujian selesai, kita belum merasakan Migrain. kita merasakannya saat sore mulai menghias cakrawala. dan tidak biasanya ketiga temanku itu terkena sakit yang sama. apa ada sesuatu yang ingin Allah beritahukan kepada kami? sama-sama satu jurusan dan sama-sama kena penyakit yang sama.




Zhie
»»  Baca Selengkapnya...

Mereka yang Selalu di Sisiku


Kamis, 17 November 2011

Malam ini kita kembali melakukan rapat redaksi. Rapat redaksi terakhir kita di Termin satu ini. sebenarnya aku ingin melakukan rapat ini di bulan Oktober. Bersamaan dengan hari ulang tahunku. Aku ingin sekali merayakan Ultah bersama para reporter-ku yang tercinta. Aku ingin meninggalkan memori bersama mereka.

Apa daya, rencanaku merayakan ultah di bulan Oktober tak juga tercapai. Karena penerbitan yang selalu mengejar. Membuat waktu bersantai pun semakin minim. Dan aku baru bisa merayakan Ultahku bersama mereka hari ini.

Aku senang sekali suasana bisa mencair malam ini. saat aku pertama kali bertemu mereka. Mereka masih terlihat canggung, begitu pun denganku. Hal yang maklum terjadi karena kita baru saja kenal.

Tetapi hari ini…..aku melihat suasana begitu mencair. Mereka bisa tertawa bersama ku. Mereka kini membantu meringankan bebanku. Mengurangi batu yang tengah aku pikul. Menyingkirkan kerikil berserakan yang menghalangi jalanku. Serta menjadi sandaranku saat aku mulai terhuyung jatuh.

Perjuangan mereka yang tak kenal lelah membuat jiwaku tersentuh. Aku tidak pernah merasa seberuntung ini memiliki mereka di sampingku…..

Allah……aku berharap aku bisa meninggalkan kenangan berkesan pada mereka. Dan acara Ultahku ini, baru sebagian dari rentetan kenangan yang ingin aku buat. Perayaan bagiku, juga rasa terima kasihku kepada meraka…..karena telah berjuang tanpa pamrih bersamaku. Mereka yang mau menerima diriku apa adanya. Mereka yang membuat jiwa bekuku kembali menghangat. Mereka yang bersedia menepuk pundakku saat aku mulai menangis tergugu.Dan mereka yang membuatku kembali tersenyum dikala rasa sedih tengah menghinggapiku.


Zhie
»»  Baca Selengkapnya...

Ketika Pertemanan mengalahkan Ketenaran


Ahad, 11-Desember-2011

Hari ini peringatan 1 abad kelahiran penulis Mesir terkenal, Naguib Mahfoudz. Aku beruntung bisa hadir di acara ini. Acara yang aku hadiri secara kebetulan. Sebelumnya aku tidak menyangka ada acara seperti ini di Zamalek. Semua kejadian menyenangkan ini bermula saat Dzuhur berkumandang……


Adzan terdengar di kedua daun telingaku, aku baru saja sampai di asramaku saat itu, setelah mengikuti serangkaian kegiatan kuliah. Menyenangkan sekaligus menegangkan. Kali ini dosen sejarah kami begitu disiplin, membuat para mahasiswa yang hadir di ruang kuliah bergetar karena takut. Sekilas aku lihat, Dosen yang berjenggot putih itu mirip dengan Pak Cem, kakekku.


^_^  ^_^  ^_^


Aku buka laptopku sejenak. Memeriksa beberapa file dan menelisik jadwal harianku. Tak lama kemudian ponselku bergetar, Ikfil menelponku. Aku raih ponsel merah itu, “salam Fil, ente dimana?”

“aku di Masjid Azhar Zay”

“Aku segera kesana”

Ku tutup kembali laptopku, hari ini aku janji dengan Ikfil, menghadiri pameran buku di American University in Cairo. Ikfil mendapat berita itu dari Koran al-Ahram. Kukosongkan tasku yang berisi buku-buku diktat kuliah, karena mungkin aku akan mendapatkan buku banyak dari pameran itu.


Aku bergegas menuju masjid Azhar, beruntungnya, tanpa menunggu lama aku sudah mendapatkan bis. Aku cari sosok Ikfil di setiap sudut masjid Azhar tetapi tak juga kutemukan. Aku telepon kembali anak berkacamata itu, menanyakan keberadaannya, “di pojok kanan masjid Azhar.” Tanpa ragu aku menuju ke sana. Tampak ada kajian kecil di sana. Aku ikut sejenak. Rata-rata orang-orang berumur yang menghadirinya. Dr.Muhyiddin as-Shafy sebagai pembicaranya.


Jam 2 tepat kita undur diri. mulai berjalan menaiki Metro, melewati jalanan Tahrir yang masih ketat penjagaan. Polisi dan tentara berjaga hampir di setiap gang yang kami lewati, Nampak di penglihatan kamiTankyang di parkir di pos tertentu.


Bukan hanya aku dan Ikfil saja yang pergi ke sana. Di perjalanan kami bertemu dua orang teman lainnya. Sun Fan dan Ulin. Mereka bertiga anak Jawa Tengah. Hanya aku satu-satunya yang dari Jawa Timur. Haha.


Penjagaan begitu ketat di pintu masuk American University in Cairo. Lebih ketat dari al-Azhar. Sebelum kami memembus pemeriksaan, kita bertanya terlebih dahulu ada Book Fair apa tidak di dalam. Penjaga gerbang menjawab tidak ada. Tubuh kita terasa tak bertulang mendengar jawaban itu.Sudah sekian kali kita tersesat dan sudah berkali-kali kita bertanya arah jalan. Ternyata nasib perjalanan kita harus di akhiri di sini.


Adzan Ashar sudah mulai terngiang di gendang telinga kami. Kami mulai berjalan lemah menelusuri sumber suara itu. Tuk tunaikan sujud kepada-Nya. Juga tuk sekedar meluruskan kembali tulang pungung kita.


Sudah lumayan jauh jarak yang kami tempuh. Sangat disayangkan jika berpulang dengan tangan hampa. Mendengar Ikfil mengucapkan kata Zamalek, diriku langsung teringat Saqeyah. Gedung pagelaran seni yang ada di kawasan Zamalek. Di sana ada perpustakaan, gedung konser, gedung teater, pameran-pameran lukisan, fotografi dan lainnya. Aku langsung berteriak, “kenapa kita tak berkunjung di sana saja? Setiap hari ada acara berbeda yang dipertunjukkan.


Di tempat Saqeyah, aku mengajak mereka masuk. Tetapi mereka segan. Yaelah….apa Cuma aku yang pernah mengunjungi tempat ini. mereka malu-malu tuk masuk ke sini. Kalau dihitung, sudah tiga kali aku mengunjungi tempat ini. dua kali Kheloud yang mengajakku. Kini ketiga kalinya, aku yang mengajak teman-teman.


Mereka bertiga tetap saja berdiri kaku di luar, meski aku sudah memaksa mereka berkali-kali. Akhirnya aku bujuk mereka untuk mengunjungi perpustakaan. Hanya perpustakaan saja. Setelah puas membaca, kita cabut melaksanakan sholat maghrib.


Sholat maghrib sudah selesai kita tunaikan, Ulin mengajak ke atas meyebrangi kawasan sebelah Saqeyah. Allah…..peringatan 100 tahun kelahiran Naguib Mahfoudz. Dia dilahirkan tepat tanggal 11 Desember 1911. Karyanya Children of the Alley adalah karyanya yang paling fenomenal. Novel yang sempat dilarang terbit di Mesir. Karena novel itu, Naguib Mahfoudz mendapat penghargaan Nobel dari dunia. Entah isinya seperti apa. Karena sejak awal aku datang ke sini. Puluhan toko buku telah aku jelajahi. Tetapi tak satupun yang menjual novel itu. Pernah aku sempat diancam oleh salah satu penjaga tokobuku karena mencari novel itu.


Dan…di tempat itu, aku melihat novel Children of the Alley. Tetapi aku ragu untuk membelinya. Karena harganya terlalu mahal. 65 Pound. Aku mengurungkan diri untuk membelinya (tapi akhirnya….tanggal 12-Desember-2011 aku membelinya juga di American University in Cairo Press, dengan harga yang lebih murah 5 Pound dari biasanya. )


Dan aku bertemu dengan salah seorang temanku, Humphrey T. Davies. Dia adalah penerjemah novel-novel arab. Gaya penerjemahannya memukau dunia. Dua kali dia mendapat  penghargaan The Banipal Prize. Dan salah satu karya terjemahannya, The Yacoubian Building, berhasil mencapai International Best Seller.


Aku mengikuti diskusi acara itu. Dihadiri oleh berbagai penulis Mesir. Dan para penerjemah literature handal. Diskusi dilakukan memakai bahasa arab dan bahasa Inggris. Hanya saja…..saat sesi pertanyaan, disampaikan sesuai bahasa penanya.


Saat salah satu penanya bertanya menggunakan bahasa Arab. Tentunya semua pembicara menjawab menggunakan bahasa Arab. Kecuali Humphrey T. Davies. Aku tidak menyangka dia melakukan hal itu. Dia melakukan hal itu demi aku (Kok bisa???)


^_^  ^_^  ^_^


Aku pertama kali mengenal Humphrey saat aku berkunjung di Resto indo dekat asramaku. Aku kaget dan tidak menyangka Resto itu dikunjungi beberapa bule. aku beranikan diriku untuk menyapa mereka. Dan tidak aku sangka mereka adalah orang-orang hebat. Mereka memberi kartu namanya kepadaku. Selain Humphrey. Ada lagi pembuat film dari Washington. Sepulang dari resto aku mencari nama mereka di Internet. Dan tak kusangka nama mereka dikenal di dunia maya. Beberapa situs internasional menyinggung nama mereka. Dan aku melihat si pembuat film itu bersalaman dengan pak presiden Obama, Wow!.


Aku mulai berkomunikasi dengan mereka lewat E-mail. Dan hanya Humphrey T Davies yang menyempatkan diri membalas e-mailku. Dia mengatakan sangat menyukai makanan Indonesia, terutama Sup.


Terkadang aku mengajaknya berkeliling ke Resto Indo, kami mengobrol panjang di sana. Dia menanyaiku berbagai hal kepadaku, termasuk rencana studyku setelah S1. Aku berbicara apa adanya. Aku anggap dia orang biasa saat berada di depanku. Aku tidak mau bersilat lidah. Aku juga tidak ingin bermuka topeng di depan orang terkenal seperti dia. Aku tunjukkan kesederhanaanku. Aku tunjukkan diriku apa adanya. Kalau aku tidak suka sesuatu, aku berbicara kepadanya. aku ajari beberapa adat Indonesia di Resto Indo. Cara memakan dengan jari (Pulu’an dalam bahsa Jawa) cara membayar yang tidak memakai uang tips.


Setelah aku berbicara panjang lebar dengannya. Dia mengucapkan sepatah kata kepadaku,


 “Zein…..kamu orang yang jujur.”


Aku bingung, bagaimana bisa dia bilang aku jujur, sementara kita baru saja berkenalan. Aku bertanya, “maksudnya? Kenapa anda bisa bilang aku ini orang yang jujur?”


“biasanya, orang-orang jika berbicara denganku, mereka menginginkan sesuatu dari saya. Kalau saya senang sesuatu, dia pasti ikut-ikutan menyukai hal itu untuk menarik hatiku. Tetapi kamu beda. Kalau kamu tidak suka sesuatu. Kamu terang-terangan bilang tidak menyukainya walaupun aku tidak menyukai hal itu.”


Dia melanjutkan pembicaraannya, “kamu mengatakan ingin melanjutkan S2 di Eropa, atau negeri-negeri barat lainnya. Aku mungkin tidak bisa membantumu untuk ke sana. Tapi aku bisa membantu bahasa Inggrismu.”

Dan di sinilah aku sekarang. Duduk di tempat diskusi bersama para penulis lainnya. Menyaksikan Humphrey T Davies menyampaikan materi dengan bahasa inggris. Bagaimana bisa dia lebih mengedepankan persahabatan di acara seresmi ini, yang dihadiri beberapa wartawan stasiun televisi.


Bagaimanapun juga, aku sangat berterima kasih kepadanya. aku sungguh merasa tidak enak kepadanya. bagaimana jika dia ditanya pihak Media mengenai hal ini? tidak aku sangka orang seterkenal dia melakukan hal sejauh ini demi pertemanan.


Zhie
»»  Baca Selengkapnya...

Rizky-Nya yang Selalu Mendampingiku


Senin, 2-Januari-2011

Untuk pertama kalinya, dalam sekian minggu ini, aku melangkahkan kakiku ke dalam bis yang berdesakan itu. Pemandangan jalan yang telah lama hilang dari pelupuk mataku. Seminggu hanya terkurung lama di dalam asrama membuat diriku menjadi gamang tanpa alas an.

Aku serasa menjadi anak baru di Negara ini. seminggu tidak melewati jalan ini, terasa dua tahun bagiku. Minggu-minggu terakhir ini, aku hanya hidup dengan uang 6 Pound[1].  Sungguh menarik bukan? Hidup di negeri orang dengan uang seminim itu.

Aku menahan diri tuk tidak keluar asrama, walau sejengkal. Aku tidak kuat membayar uang bis yang seharga 1 Pound. Dan uang 6 Pound itu aku sisakan untuk para pengemis jalanan yang aku temui setiap harinya. apa jadinya jika hidup tanpa memberi? Aku tidak mau kehampaan menyelimuti kembali hati, jiwa dan pikiranku.

Aku bisa merasakan manisnya kehidupan hanya dengan uang 6 pound itu. Aku tak lagi bisa menuruti hawa nafsuku membeli ini-itu.

Jika aku pikirkan kembali….kita tidak mungkin hidup di Indonesia selama lebih dari satu minggu hanya dengan uang 10.000 tetapi di sini, aku bisa. Aku bisa hidup di negeri orang hanya dengan uang seminim itu. Alhamdulillah…….Rizky Allah begitu luas.

Saat aku kelaparan di malam yang dingin…..ada saja temanku yang mengajakku memasak. Membuat uang 6 Pound ku awet hingga tahun baru.

Dan di saat terakhir, uang 6 Pound itu terpakai juga, untuk membeli beras. Karena ada tamu yang berkunjung di rumahku. Aku berpikir keras, “akan disuguhi apa tamuku ini, jika aku beri Snack pasti tidak bertahan lama, dan pasti uangku langsung ludes.” Dan akhirnya aku putuskan untuk membeli beras. Selain mengenyangkan, juga masih ada sisa beras untuk hari-hari berikutnya. Dan beruntungnya tamuku itu membawa ikan tuna kaleng.

~_^   ~_~   ^_~

Kini, aku berdiri di dalam bis yang penuh sesak ini. menuju ke kampus tercinta kami. Terlihat beberapa orang hitam berdiri di sampingku.

Aku bisa kembali berdiri di bis ini, tak lain karena jasa seorang temanku yang bersedia meminjamkan uang 5 Pound kepadaku. Sebenarnya, aku paling tidak ingin meminjam uang kepada temanku, tetapi…kedaan yang memaksa aku. karena uang Minha[2]belum juga bisa aku ambil, sudah aku kelilingi dua mesin ATM di dekat asrama kami, tetapi uang Minha tak juga keluar. Juga demi melihat nomor bangku ujianku.

Diriku kembali tenggelam. Oleh lantunan bisik penumpang. Membentuk sebuah melodi penghangat beku. Membuat diri ini tak lagi memikirkan duri. Dan kerikil yang kerap kali membuatku terjatuh dan kesakitan.


Zhie


[1] Mungkin sekitar 10.000 rupiah
[2] Beasiswa
»»  Baca Selengkapnya...

abcs