Dia, Yang Berwajah Sayu


Saat itu . . .
Ruang koridor universitas kami penuh sesak. Jadwal dan nomor bangku ujian tertempel sudah di dinding yang bercat putih pudar itu. Aku mulai mencari celah di antara kerumunan itu, berdesakan dengan puluhan tubuh besar nan kekar pemuda Mesir, Rusia, Afrika dan lainnya.

aku picingkan mataku, dan membenarkan letak kacamata minusku. Memandang helaian kertas yang tertempel di dinding yang mulai kusam itu.

aku mencari-cari namaku di kertas itu. Cukup memakan waktu karena rentetan nama ratusan mahasiswa tertempel di sana.

aku bergegas keluar dari kerumunan setelah mendapatkan nomor bangku ujianku. Mencari tempat yang lapang untuk bernafas.

dan aku lihat sosok mungil yang aku kenal. Sosok yang begitu rendah hati dan murah senyum. Sahabatku, Ammar.

aku menghampirinya dan saling berjabat tangan. Seperti biasa ada sesuatu yang tersembunyi di untaian senyumnya.  Seperti kesedihan yang selalu dipendam.

aku kenal dekat dengannya semenjak tingkat satu. Dan akhirnya kita berpisah dan jarang bertemu lagi. Kini aku sudah tingkat tiga, namun dia masih di tingkat satu. Bukan berarti dia bodoh atau malas. Aku rasa dia kurang beruntung.

hari-harinya selalu diisi dengan kajian. Hampir semua kajian di masjid-masjid Mesir dia hadiri. Keteguhannya dalam mencari ilmu melebihi aku. Bahkan  dia pun hafal 30 juz al-qur’an sementara aku hanya beberapa juz saja. Dan saat dosen kami meminta kami menghafal belasan syair Arab yang rumit, dia mampu menghafalnya dengan singkat. Namun aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghafalnya.

Jika dibandingkan . . .
ilmu yang aku miliki di tingkat tiga ini pasti sangat jauh dibandingkan Ammar yang masih tingkat satu. Terkadang aku melihatnya menatapku malu karena dirinya yang masih tingkat satu. Namun aku berusaha sebisa mungkin memecah kecanggungan itu. Aku tak ingin perbedaan tingkat itu menciptakan jarak bagi kita. Aku tak ingin dia merasa kesepian dan sendiri karena keadaannya saat ini.


namun . . . aku yakin Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang spesial untuknya. Sesuatu yang kita, manusia belum sanggup untuk menalarnya. Kesedihan dan kesulitan yang dia alami akan menuai jawaban indah nantinya.
»»  Baca Selengkapnya...

abcs