Saat
itu, aku teringat dia menjadi salah satu Kru Informatika. Di awal Ramadhan, aku
menemaninya shalat Tarawih di al-Azhar. Dia ada janji dengan kru lain di tempat
itu. Aku masih bisa merasakan dinginnya lantai masjid AL-Azhar saat itu. Aku
duduk di bangku panjang dan memandangi gemintang yang bertaburan.
Di
Ramadhan lain, aku menemaninya Sidang Redaksi. Kami terlambat. Atau lebih
tepatnya, kami sengaja memperlambatkan diri. Karena kami tahu, acaranya pasti molor.
Kami sholat Maghrib di masjid kawasan Rab’ah yang saat ini begitu ramai dan
terkenal karena terjadinya demo dan pembunuhan. Memikirkan suasana tahun lalu,
kawasan ini begitu damai. Di masjid itu, ada seorang dermawan yang mengajak
kita berdua berbuka. Kami tak menolaknya, karena kami belum berbuka sama
sekali. Dan mungkin itu hari keberuntunganku, selama bertahun-tahun di Mesir
baru kali itu aku memakan Bebek.
Ramadhan
tahun lalu, aku habiskan tunggal di lantai lima, tempat tinggal Yusuf dan
teman-teman lain. Merepotkan penduduk sana. Sahur dan berBuka di sana.
Aku juga
ingat masa-masa itu, saat kita beberapa kali pergi ke Restoran Cina, yang selama
Ramadhan buka setelah Ashar sampai Subuh. Saat itu, kita mencoba menu-manu baru
yang belum pernah kita pesan sebelumnya.
Dan
beberapa kali kita pergi ke SIC (Sekolah Indonesia Cairo). Saat Ramadhan tiba,
para pejabat KBRI mengundang para mahasiswa untuk shalat Tarawih berjama’ah.
Dan setelah itu akan dihidangkan makanan Indonesia seperti Bakso, Soto, Pempek,
Siomay, Mi Ayam, dan lain-lain.
Saat
itu, yang ada di pikiran (Kebanyakan)Mahasiswa, adalah menu makanannya. Kalau
menurut aku, aku lebih nyaman sholat Tarawih di masjid Mesir karena bacaannya
panjang dan lebih menenangkan.
Namun, menu makanan yang disediakan
pejabat KBRI menggiurkan. Aku dan Yusuf pun ikut terlena. Saat mendengar menu
hari itu Pempek atau Siomay, dengan semangat “Tukang Becak” kita langsung
mengikuti rombongan yang pergi ke SIC. (Derita Mahasiswa Mesir -_-)
Saat kepulangannya ke Indonesia,
dia sengaja tak memberitahukan orang banyak. Dan memilih untuk pulang tengah
malam. Dan saat itu, Aku ketiduran. Aku terbangun, dan Yusuf lenyap. Di
kamarnya tak ada koper besar, tak ada lagi laptop tempat kita menonton Kamen
Rider bersama. Ya Allah, aku membayangkan betapa kesepiannya dia saat itu.
Pergi tengah malam tanpa ada yang menemani. Kenapa dia tak membangunkan aku
saat itu.
Dan Ramadhan
2012, aku pertama kalinya berkunjung ke Rumah Mariam dan bertemu kedua orang
tuanya secara langsung. Aku melakukan persiapan yang matang sebelum pergi ke
sana. Beberapa hari sebelumnya, aku mencari masjid yang Tarawihnya dua jam.
Persiapan kalau Tarawih di rumah Mariam lebih lama dari itu. Sangat memalukan
jika aku tidak kuat berdiri selama itu. Memalukan bagiku yang seorang Muslim, juga
memalukan bagiku sebagai satu-satunya orang Indonesia.
Dan
Ramadhan itu juga aku mengalami penyesalan yang mendalam. Saat itu, mungkin
seorang temanku di Indonesia sedang membutuhkanku. Namun, karena koneksi
internetku yang lemot, juga karena saat itu aku pergi bersama Yusuf,
entah kemana. Ke Saraj mall atau ke SIC, aku lupa.
Saat
Idul Fitri menyapa, dia sudah menikah dan mengundangku ke acara resepsi
pernikahannya. Saat itulah aku mengalami penyesalan yang mendalam. Mungkin
Ramadhan itu, dia ingin berkonsultasi padaku. Namun, aku kurang peka. Dia
dilamar saat Ramadhan dan menikah saat Idul Fitri. Di awal, dia ragu tentang
kesetiaan suaminya. Namun, sekarang keraguan itu hilang. Dan dia terlihat
bahagia sekarang. Aku turut merasa tentram.
Di
Ramadhan 2012 juga, seorang teman berbagi keluh kepadaku. Bertanya apa yang
mesti dilakukan untuk membuat “Matahari”nya bisa turut memberi kehangatan
bersama keluarganya. Aku tak tahu, apa untaian kataku memberi guna. Aku sangat
senang jika aku bisa melakukan sesuatu untuknya.
Yup,
aku bertemu dengannya beberapa tahun yang lalu. Aku pun tak ingat tanggal dan
tahun berapa kita pertama kali bertemu. Persahabatan kita begitu mengalir. Dia
memanggilku Onta, aku memanggilnya Cumi-Cumi. Kita belum pernah bertatap muka.
Selalu berkomunikasi lewat dunia maya. Namun, aku harus meminta maaf padanya
karena saat dia membutuhkanku untuk Chatting, untuk bertanya beberapa
hal. Aku tak ada di sana.
Kadang aku berpikir, apa mereka
bahagia bersahabat denganku? Aku tak bisa selalu ada saat mereka membutuhkanku.
Sekali lagi, maaf teman-teman. Namun, aku harus berterima kasih atas kenangan yang
kalian berikan. Kalian sungguh memberi kesan bagi perjalananku.
Posting Komentar