Kerumitan Hati




Untuk kesekian kalinya . . .
aku merahasiakan nama orang yang terlibat, karena banyaknya Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) yang tahu blog ini, aku tak ingin mereka melakukan tindakan bodoh.

                Sabtu, 8 Maret 2014
                Aku datang pagi di acara ini. Aku melihat Dua orang Nadine. Mereka memang memiliki nama yang sama. Namun memiliki nama belakang yg berbeda. Satu Nadine Nasser, satunya lagi Nadine Seif. Seingatku dulu, tahun lalu mereka berdua begitu illfeel kepadaku. Entah kenapa. Namun, entah sejak kapan mereka tiba-tiba dekat denganku.

                “Hey Zein,” sapanya begitu ramah.

                aku mengangguk. Entah sejak kapan mereka dekat denganku. Mungkin karena aku dekat dengan Heba. Dia merubah segalanya. Mungkin karena kita mempunyai kesamaan, kita tiba-tiba begitu akrab dan saling cerita sana-sini bahkan kita cerita keluarga masing-masing. Dan, kita memiliki “kesamaan”.

                mungkin karena Heba adalah sahabat karib dua Nadine. Jadi Heba bercerita tentangku kepada mereka. Yang membuat persepsi mereka kepadaku berubah. Mereka bertiga seperti saudara kembar yang tak bisa dipisahkan.

                dan saat Nadine Nasser mengeluh tentang begitu sulitnya mencari pasangan yang islami di Mesir, aku berkomentar kalau Nadine bisa menemukannya di al-Azhar.

                selang beberapa lama setelah kejadian itu, Nadine membuat status kalau Orang Indonesia adalah orang terbaik yang pernah tinggal di Mesir, dan tiba-tiba Heba muncul dan memanggilku. Dan kejadian itu tak hanya sekali, saat Nadine berkomentar sesuatu, Heba muncul memanggilku. Secara tidak langsung aku merasa Heba menjodohkanku kepada Nadine. Namun, aku tak terlalu memikirkannya.

                saat di festival kemarin, Nadine terkejut dengan cosplayku, “Zain . . . Mmmm . . . Zero! Kakkoii!! (Keren).”

                entah apa tanggapanku kepadanya saat itu, sepertinya hanya senyum sekilas namun aku tak tahu dia menangkap senyumku atau tidak. Aku terus saja mengikuti Jessy yang ke belakang panggung yang akan menambahkan eyeliner ke mataku untuk make up cosplay.

                aku terkejut! Nadine ternyata mengikuti kami dan sudah duduk di sampingku, terus saja melihatku yang dirias oleh Jessy. Sepertinya aku melihat kecemburuan di matanya, melihatku dirias oleh Jessy. Allah, kehidupanku tiba-tiba menjadi rumit seperti ini. Dan tiba-tiba aku merasa bersalah kepada Nadine. Meski kita belum ada hubungan yang terlalu dalam.

                aku melihat Nadine terus-terusan membelaku saat orang-orang mulai berbicara bahasa Inggris. “Zain, bahasa Arabnya bagus lho, coba berbicara bahasa Arab kepadanya.” Dia terus-terusan berbicara seperti itu dengan bahasa Arab. Dan aku pikir, dia satu-satunya gadis yang berbicara bahasa Arab denganku di festival kemarin. ^_^
0 Responses

Posting Komentar

abcs