Hari itu (malam hari sebelum acara
Egycon), Dia mengutip sebuah ayat. Ayat tentang Rizki. Membacanya, aku
langsung mengetahui beban berat yang
dihadapinya . . .
aku langsung menulis deretan kata panjang di ponselku dan mengirimnya ke whats app. Aku balas dengan beberapa ayat al-qur’an. Aku ceritakan kisah pribadiku yang sembuh dari penyakit karena sedekah. Yang rahkat Allah selalu mengalir karena sedekah yang aku keluarkan, Dan . . .
“ Terima kasih, Zain, pesanmu menghapus keraguanku.”
“ Hari ini, seolah Allah ingin aku untuk bersedah, dan tiba-tiba engkau datang dengan pesanmu.”
“kamu tidak mengguruiku sama sekali, Zain . . .”
“Beberapa hari yang lalu, aku melihat seorang kakek yang sangat tua. Dia membersihkan metro jurusan Helwan. Dia mengangkat tong-tong sampah sendirian, saat itu . . . aku memberikan sedekahku padanya.”
aku langsung menulis deretan kata panjang di ponselku dan mengirimnya ke whats app. Aku balas dengan beberapa ayat al-qur’an. Aku ceritakan kisah pribadiku yang sembuh dari penyakit karena sedekah. Yang rahkat Allah selalu mengalir karena sedekah yang aku keluarkan, Dan . . .
“ Terima kasih, Zain, pesanmu menghapus keraguanku.”
“ Hari ini, seolah Allah ingin aku untuk bersedah, dan tiba-tiba engkau datang dengan pesanmu.”
“kamu tidak mengguruiku sama sekali, Zain . . .”
“Beberapa hari yang lalu, aku melihat seorang kakek yang sangat tua. Dia membersihkan metro jurusan Helwan. Dia mengangkat tong-tong sampah sendirian, saat itu . . . aku memberikan sedekahku padanya.”
“beberapa hari kemudian, cuaca sangat dingin. Aku sangat merasa lapar dan
berniat untuk membeli makanan dengan sedikit uang yang ada di tanganku. Dan tanpa
aku sadari, aku melihat bapak tua penjual tisu dan di sampingnya dua anak kecil
yang bersandar di sampingnya. Pandanganku teralih, dia merasa kedinginan namun
dia memberikan karton tempat dia duduk kepada kucing itu. Dia lebih
mengutamakan binatang daripada dirinya sendiri.”
“aku langsung memberinya uang yang rencananya aku belkan makanan. Dan hari
itu, aku tak membeli makanan sama sekali.”
“namun, pengemis Mesir itu geng.”
Dia masih saja menperdebatkan masalah itu. Aku teringat saat kita ada di
depan cafe. Seorang pengemis kecil meminta –minta kepada kami. Namun, dia
berkata kepada anak kecil itu, “Haraam.”
Tanpa sepengetahuannya aku memberi anak kecil itu satu pound, namun
akhirnya Keiko (bukan nama asli) mengetahuinya. Kami berdebat sejenak,
“Kenapa kamu memberinya, Zain?! Mereka menggunakan uang itu bukan untuk membelikan makanan. Namun, membelikannya Bir.”
“Kami, Orang Mesir sudah berhenti untuk memberi para pengemis itu sedekah.”
Saat itu, aku ingin membalas argumennya, namun aku tak ingin berlama-lama di depan cafe. Aku tak ingin membuang waktu bersama kami.
“Kenapa kamu memberinya, Zain?! Mereka menggunakan uang itu bukan untuk membelikan makanan. Namun, membelikannya Bir.”
“Kami, Orang Mesir sudah berhenti untuk memberi para pengemis itu sedekah.”
Saat itu, aku ingin membalas argumennya, namun aku tak ingin berlama-lama di depan cafe. Aku tak ingin membuang waktu bersama kami.
Dan, saat ini, mungkin waktu yang sangat tepat untuk memberikan pendapatku.
“Keiko, aku sudah membaca artikel tentang geng pengemis di Mesir. “
“Keiko, aku sudah membaca artikel tentang geng pengemis di Mesir. “
“sejak dulu aku berusaha bersedekah setiap hari walau satu pound. Dan tentu
aku mengutamakan mereka yang membutuhkan dan yang tidak meminta-minta.”
“namun, jika di hari itu aku tak menemukan mereka, aku memberi sedekah
kepada pengemis manapun yang aku temui. Saat aku memberi uang itu, aku
berharap semoga dia menggunakan dengan cara yang baik.”
“dan mungkin itu hari
keberuntungannya. Atau sebelumnya dia meminta kepada Allah dan Allah mengirimku
untuk memberi sedekah kepada mereka.
Posting Komentar