Hari ini peringatan 1 abad kelahiran penulis Mesir terkenal,
Naguib Mahfoudz. Aku beruntung bisa hadir di acara ini. Acara yang aku hadiri
secara kebetulan. Sebelumnya aku tidak menyangka ada acara seperti ini di
Zamalek. Semua kejadian menyenangkan ini bermula saat Dzuhur berkumandang……
Adzan terdengar di kedua daun telingaku, aku baru saja
sampai di asramaku saat itu, setelah mengikuti serangkaian kegiatan kuliah.
Menyenangkan sekaligus menegangkan. Kali ini dosen sejarah kami begitu
disiplin, membuat para mahasiswa yang hadir di ruang kuliah bergetar karena
takut. Sekilas aku lihat, Dosen yang berjenggot putih itu mirip dengan Pak Cem,
kakekku.
^_^ ^_^
^_^
Aku buka laptopku sejenak. Memeriksa beberapa file
dan menelisik jadwal harianku. Tak lama kemudian ponselku bergetar, Ikfil
menelponku. Aku raih ponsel merah itu, “salam Fil, ente dimana?”
“aku di Masjid Azhar Zay”
“Aku segera kesana”
Ku tutup kembali laptopku, hari ini aku janji dengan Ikfil,
menghadiri pameran buku di American University in Cairo. Ikfil mendapat berita
itu dari Koran al-Ahram. Kukosongkan tasku yang berisi buku-buku diktat kuliah,
karena mungkin aku akan mendapatkan buku banyak dari pameran itu.
Aku bergegas menuju masjid Azhar, beruntungnya, tanpa
menunggu lama aku sudah mendapatkan bis. Aku cari sosok Ikfil di setiap sudut
masjid Azhar tetapi tak juga kutemukan. Aku telepon kembali anak berkacamata
itu, menanyakan keberadaannya, “di pojok kanan masjid Azhar.” Tanpa ragu aku
menuju ke sana. Tampak ada kajian kecil di sana. Aku ikut sejenak. Rata-rata orang-orang
berumur yang menghadirinya. Dr.Muhyiddin as-Shafy sebagai pembicaranya.
Jam 2 tepat kita undur diri. mulai berjalan menaiki Metro,
melewati jalanan Tahrir yang masih ketat penjagaan. Polisi dan tentara berjaga
hampir di setiap gang yang kami lewati, Nampak di penglihatan kamiTankyang
di parkir di pos tertentu.
Bukan hanya aku dan Ikfil saja yang pergi ke sana. Di
perjalanan kami bertemu dua orang teman lainnya. Sun Fan dan Ulin. Mereka
bertiga anak Jawa Tengah. Hanya aku satu-satunya yang dari Jawa Timur. Haha.
Penjagaan begitu ketat di pintu masuk American University
in Cairo. Lebih ketat dari al-Azhar. Sebelum kami memembus pemeriksaan,
kita bertanya terlebih dahulu ada Book Fair apa tidak di dalam. Penjaga
gerbang menjawab tidak ada. Tubuh kita terasa tak bertulang mendengar jawaban
itu.Sudah sekian kali kita tersesat dan sudah berkali-kali kita bertanya arah
jalan. Ternyata nasib perjalanan kita harus di akhiri di sini.
Adzan Ashar sudah mulai terngiang di gendang telinga kami. Kami
mulai berjalan lemah menelusuri sumber suara itu. Tuk tunaikan sujud
kepada-Nya. Juga tuk sekedar meluruskan kembali tulang pungung kita.
Sudah lumayan jauh jarak yang kami tempuh. Sangat disayangkan
jika berpulang dengan tangan hampa. Mendengar Ikfil mengucapkan kata Zamalek,
diriku langsung teringat Saqeyah. Gedung pagelaran seni yang ada di
kawasan Zamalek. Di sana ada perpustakaan, gedung konser, gedung teater,
pameran-pameran lukisan, fotografi dan lainnya. Aku langsung berteriak, “kenapa
kita tak berkunjung di sana saja? Setiap hari ada acara berbeda yang
dipertunjukkan.
Di tempat Saqeyah, aku mengajak mereka masuk. Tetapi
mereka segan. Yaelah….apa Cuma aku yang pernah mengunjungi tempat ini. mereka
malu-malu tuk masuk ke sini. Kalau dihitung, sudah tiga kali aku mengunjungi
tempat ini. dua kali Kheloud yang mengajakku. Kini ketiga kalinya, aku yang
mengajak teman-teman.
Mereka bertiga tetap saja berdiri kaku di luar, meski aku
sudah memaksa mereka berkali-kali. Akhirnya aku bujuk mereka untuk mengunjungi
perpustakaan. Hanya perpustakaan saja. Setelah puas membaca, kita cabut
melaksanakan sholat maghrib.
Sholat maghrib sudah selesai kita tunaikan, Ulin mengajak ke
atas meyebrangi kawasan sebelah Saqeyah. Allah…..peringatan 100 tahun
kelahiran Naguib Mahfoudz. Dia dilahirkan tepat tanggal 11 Desember 1911. Karyanya
Children of the Alley adalah karyanya yang paling fenomenal. Novel yang sempat
dilarang terbit di Mesir. Karena novel itu, Naguib Mahfoudz mendapat
penghargaan Nobel dari dunia. Entah isinya seperti apa. Karena sejak awal aku datang
ke sini. Puluhan toko buku telah aku jelajahi. Tetapi tak satupun yang menjual
novel itu. Pernah aku sempat diancam oleh salah satu penjaga tokobuku karena
mencari novel itu.
Dan…di tempat itu, aku melihat novel Children of the Alley.
Tetapi aku ragu untuk membelinya. Karena harganya terlalu mahal. 65 Pound. Aku
mengurungkan diri untuk membelinya (tapi akhirnya….tanggal 12-Desember-2011 aku
membelinya juga di American University in Cairo Press, dengan harga yang lebih
murah 5 Pound dari biasanya. )
Dan aku bertemu dengan salah seorang temanku, Humphrey T. Davies.
Dia adalah penerjemah novel-novel arab. Gaya penerjemahannya memukau dunia. Dua
kali dia mendapat penghargaan The
Banipal Prize. Dan salah satu karya terjemahannya, The Yacoubian Building,
berhasil mencapai International Best Seller.
Aku mengikuti diskusi acara itu. Dihadiri oleh berbagai
penulis Mesir. Dan para penerjemah literature handal. Diskusi dilakukan memakai
bahasa arab dan bahasa Inggris. Hanya saja…..saat sesi pertanyaan, disampaikan
sesuai bahasa penanya.
Saat salah satu penanya bertanya menggunakan bahasa Arab.
Tentunya semua pembicara menjawab menggunakan bahasa Arab. Kecuali Humphrey T.
Davies. Aku tidak menyangka dia melakukan hal itu. Dia melakukan hal itu demi
aku (Kok bisa???)
^_^ ^_^
^_^
Aku pertama kali mengenal Humphrey saat aku berkunjung di
Resto indo dekat asramaku. Aku kaget dan tidak menyangka Resto itu dikunjungi
beberapa bule. aku beranikan diriku untuk menyapa mereka. Dan tidak aku
sangka mereka adalah orang-orang hebat. Mereka memberi kartu namanya kepadaku.
Selain Humphrey. Ada lagi pembuat film dari Washington. Sepulang dari resto aku
mencari nama mereka di Internet. Dan tak kusangka nama mereka dikenal di dunia
maya. Beberapa situs internasional menyinggung nama mereka. Dan aku melihat si
pembuat film itu bersalaman dengan pak presiden Obama, Wow!.
Aku mulai berkomunikasi dengan mereka lewat E-mail. Dan
hanya Humphrey T Davies yang menyempatkan diri membalas e-mailku. Dia
mengatakan sangat menyukai makanan Indonesia, terutama Sup.
Terkadang aku mengajaknya berkeliling ke Resto Indo, kami
mengobrol panjang di sana. Dia menanyaiku berbagai hal kepadaku, termasuk
rencana studyku setelah S1. Aku berbicara apa adanya. Aku anggap dia
orang biasa saat berada di depanku. Aku tidak mau bersilat lidah. Aku juga
tidak ingin bermuka topeng di depan orang terkenal seperti dia. Aku tunjukkan
kesederhanaanku. Aku tunjukkan diriku apa adanya. Kalau aku tidak suka sesuatu,
aku berbicara kepadanya. aku ajari beberapa adat Indonesia di Resto Indo. Cara
memakan dengan jari (Pulu’an dalam bahsa Jawa) cara membayar yang tidak
memakai uang tips.
Setelah aku berbicara panjang lebar dengannya. Dia
mengucapkan sepatah kata kepadaku,
“Zein…..kamu orang
yang jujur.”
Aku bingung, bagaimana bisa dia bilang aku jujur, sementara
kita baru saja berkenalan. Aku bertanya, “maksudnya? Kenapa anda bisa bilang
aku ini orang yang jujur?”
“biasanya, orang-orang jika berbicara denganku, mereka
menginginkan sesuatu dari saya. Kalau saya senang sesuatu, dia pasti
ikut-ikutan menyukai hal itu untuk menarik hatiku. Tetapi kamu beda. Kalau kamu
tidak suka sesuatu. Kamu terang-terangan bilang tidak menyukainya walaupun aku
tidak menyukai hal itu.”
Dia melanjutkan pembicaraannya, “kamu mengatakan ingin
melanjutkan S2 di Eropa, atau negeri-negeri barat lainnya. Aku mungkin tidak
bisa membantumu untuk ke sana. Tapi aku bisa membantu bahasa Inggrismu.”
Dan di sinilah aku sekarang. Duduk di tempat diskusi bersama
para penulis lainnya. Menyaksikan Humphrey T Davies menyampaikan materi dengan
bahasa inggris. Bagaimana bisa dia lebih mengedepankan persahabatan di acara
seresmi ini, yang dihadiri beberapa wartawan stasiun televisi.
Bagaimanapun juga, aku sangat berterima kasih kepadanya. aku
sungguh merasa tidak enak kepadanya. bagaimana jika dia ditanya pihak Media
mengenai hal ini? tidak aku sangka orang seterkenal dia melakukan hal sejauh
ini demi pertemanan.
Zhie