Senin, 2-Januari-2011
Untuk pertama kalinya, dalam sekian minggu ini, aku
melangkahkan kakiku ke dalam bis yang berdesakan itu. Pemandangan jalan yang
telah lama hilang dari pelupuk mataku. Seminggu hanya terkurung lama di dalam
asrama membuat diriku menjadi gamang tanpa alas an.
Aku serasa menjadi anak baru di Negara ini. seminggu tidak
melewati jalan ini, terasa dua tahun bagiku. Minggu-minggu terakhir ini, aku
hanya hidup dengan uang 6 Pound[1]. Sungguh menarik bukan? Hidup di negeri orang
dengan uang seminim itu.
Aku menahan diri tuk tidak keluar asrama, walau sejengkal.
Aku tidak kuat membayar uang bis yang seharga 1 Pound. Dan uang 6 Pound itu aku
sisakan untuk para pengemis jalanan yang aku temui setiap harinya. apa jadinya
jika hidup tanpa memberi? Aku tidak mau kehampaan menyelimuti kembali hati,
jiwa dan pikiranku.
Aku bisa merasakan manisnya kehidupan hanya dengan uang 6
pound itu. Aku tak lagi bisa menuruti hawa nafsuku membeli ini-itu.
Jika aku pikirkan kembali….kita tidak mungkin hidup di
Indonesia selama lebih dari satu minggu hanya dengan uang 10.000 tetapi di
sini, aku bisa. Aku bisa hidup di negeri orang hanya dengan uang seminim itu.
Alhamdulillah…….Rizky Allah begitu luas.
Saat aku kelaparan di malam yang dingin…..ada saja temanku yang
mengajakku memasak. Membuat uang 6 Pound ku awet hingga tahun baru.
Dan di saat terakhir, uang 6 Pound itu terpakai juga, untuk
membeli beras. Karena ada tamu yang berkunjung di rumahku. Aku berpikir keras,
“akan disuguhi apa tamuku ini, jika aku beri Snack pasti tidak bertahan
lama, dan pasti uangku langsung ludes.” Dan akhirnya aku putuskan untuk
membeli beras. Selain mengenyangkan, juga masih ada sisa beras untuk hari-hari
berikutnya. Dan beruntungnya tamuku itu membawa ikan tuna kaleng.
~_^ ~_~
^_~
Kini, aku berdiri di dalam bis yang penuh sesak ini. menuju
ke kampus tercinta kami. Terlihat beberapa orang hitam berdiri di sampingku.
Aku bisa kembali berdiri di bis ini, tak lain karena jasa
seorang temanku yang bersedia meminjamkan uang 5 Pound kepadaku. Sebenarnya,
aku paling tidak ingin meminjam uang kepada temanku, tetapi…kedaan yang memaksa
aku. karena uang Minha[2]belum
juga bisa aku ambil, sudah aku kelilingi dua mesin ATM di dekat asrama kami,
tetapi uang Minha tak juga keluar. Juga demi melihat nomor bangku ujianku.
Diriku kembali tenggelam. Oleh lantunan bisik penumpang.
Membentuk sebuah melodi penghangat beku. Membuat diri ini
tak lagi memikirkan duri. Dan kerikil yang kerap kali membuatku terjatuh dan
kesakitan.
Zhie
Posting Komentar