Buah Sedekah


Senin, 2 Juli 2012

Hari ini aku terserang demam secara tiba-tiba. Ini karena kesalahanku sendiri, sepulang dari Alexandria (pukul 1 dini hari) aku langsung tidur di lantai tanpa memperhatikan begitu lemahnya tubuh ini. berjalan dari pagi sampai malam mengelilingi kota Alex, dilanjutkan perjalanan pulang sampai dini hari tanpa ditemani sesuap makananpun sejaksiang hari, begitu lemahnya kondisi tubuhku saat itu, rasa capek mulai menghilangkan akal sehatku. Aku tertidur di depan laptop. Di atas dinginnya lantai yang hanya tertutupi selembar karpet abu-abu.

Paginya tubuhku terasa berat, perut begitu sakit, badan terasa panas dan kepala begitu berat. Keadaan ini aku rasakan setahun yang lalu, penyakit yang tidak akan sembuh Cuma dalam waktu satu minggu. Aku tak ingin berdiam diri berbaring terus di dalam kamar, aku tak ingin kian hari tubuhku semakin melemah. Aku juga tak ingin periksa ke dokter maupun minum obat-obatan, karena obat kimia akan menambah penyakit baru nantinya. Kalau dihitung-hitung, sudah lima tahun ini aku tak meminum obat kimia. Meski sakit parah, aku berusaha keras untuk tak meminum obat-obatan kimia.

Saat tubuh ini dalam titik nadir, aku teringat sesuatu hal, hal yang bisa menjadi obat bagi diriku. Sedekah. Aku tidak membual, aku tidak sedang menceramahi para pembaca. Namun ini benar adanya. Sedekah itu obat.

Teringat kisah temanku, Wahid, dia terserang demam hebat saat itu. dan pada hari itu juga dia memberi sebungkus nasi goring untuk temannya, dan esoknya dia langsung sembuh. Begitu juga denganku, beberapa kali aku merasa tidak sehat, dan saat itulah aku paksakan tubuhku untuk keluar asrama, mencari pengemis yang menengadahkan tangannya di pinggiran tembok asrama. Sekeping uang Pound aku letakkan di tangan renta itu dan dalam waktu singkat, rasa sakitku lenyap.

Sore ini teman-teman mengajakku ke pasar rakyat Attaba, tuk membeli sepatu dan beberapa kebutuhan lainnya. Kebetulan aku ingin menggandakan kunci kamarku yang hilang saat berlibur ke Alex, juga aku ingin bersedakah pada pengemis Attabah.

Meski hari ini begitu berangin, membuat tubuh demamku semakin menggigil dan menampah berat kepala dan memudarkan pandanganku, aku tetap berusaha memaksakan kakiku tuk terus melangkah. Aku ingin lekas sembuh, aku ingin bersedekah, aku ingin membagi uangku kepada para pengemis di Attabah.

Lama aku mencari-cari orang yang tepat, namun tak juga aku temukan. Aku mencari orang-orang yang butuh uang. Dan satu orang kutemukan. Seorang ibu berparas letih, berjalan berdesakan dengan membawa sekotak tissue untuk dijual.

Dalam suasana yang penuh sesak, kujulurkan tanganku ke dalam kotak tissue yang dia bawa, memasukkan beberapa kepingan uang logam tanpa sepengetahuan dia, juga tanpa sepengetahuan orang-orang di sekitarnya. Dan… saat kepingan-kepingan itu lepas dari tanganku, saat itu juga kepalaku terasa sangat ringan, seolah satu beban berat telah lepas dari kepalaku.

Aku kembali menelusuri pasar rakyat Attabah, meski kepalaku terasa sedikit ringan, namun tubuhku masih terasa lemah. Saat itu juga aku bertemu seorang kakek-kakek dengan wajah kesulitan di pojok tikungan. Aku sedikit lupa benda apa yang tengah ia jual, namun wajah sedihnya membuatku trenyuh dan kuletakkan uang satu Pound di atas dagangannya. Seketika itu, satu beban di kepalaku lenyap lagi. Dan tanpa aku sadari demamku sudah lenyap, yang tersisa hanyalah pusing di kepalaku.

Saat diri ini menginjakkan kaki di asrama, kembali kutemukan pengemis duduk di dinding asrama, kuberikan beberapa kepingan uang logam pada tangan yang sudah mulai mengeras itu. Dan esoknya… rasa sakitku hilang, demamku lenyap dan pusingku berangsur-angsur mereda. Alhamdulillah.

Obat yang sungguh menjanjikan __Sedekah__

Zhie
0 Responses

Posting Komentar

abcs