“BABY I LOVE YOU! ALL I NEED IS YOUR DU’A”
Tulisan itu begitu masuk ke dalam relung hatiku. Seketika perasaanku
penuh membuncah, penuh akan rasa cinta. Tanganku bergerak memandangi pesan
berhuruf capital itu. Aku mendongakkan kepalaku, memandang atap Bank Qahirah,
bercat putih agak kekuningan. Pandanganku seolah menembus langit mencipta
sebuah do’a yang ingin kusampaikan kepada si pengirim tulisan itu.
Aku tak tahu kalau tulisan sederhana itu memberi efek yang
luar biasa. Tanganku gemetar. Aku elus kertas itu di pipiku. Dadaku sesak,
penuh dengan rasa cinta. Seolah sehelai kertas itu mengalirkan kasih sayang ke
seluruh pori dan nadiku.
Siang ini aku ke Bank Qahirah bersama seorang temanku. Mengambil
kiriman Money Gram dari ibu Amerikaku. Juli lalu dia mengirimu uang
karena tahu ponselku rusak. Aku sudah menolak beberapa kali dan berkata lebih
baik kalau uang itu untuk Sarah dan Sophia. Namun ibu memaksaku, “Aku tidak
pernah melakukan sesuatu untukmu nak… setidaknya aku bisa melakukan sesuatu
pada ponselmu.”
Aku kalah dengan kegigihan ibu. “Kamu butuh berapa nak?”
Hhh… aku tidak enak hati kalau ditanya seperti itu. Toh…
kalau aku meminta sejumlah uang aku takut akan merepotkan ibu. Dia single
parent kerja dari pagi sampai malam untuk membiayai Sarah dan Sophia. Juga membiayai
ayah-ibunya (kakek-nenekku).
Ibu begitu tegar menjalani kehidupan yang begitu berat di
New York. Saudari-saudarinya membencinya karena keislamannya. Dan terkadang kebencian
mereka memberi efek kepada dua adik kecilku, Sarah dan Sophia. Aku heran darimana
sumber kekuatan ibu menghadapi semua itu?
Akhirnya aku tidak menyebutkan jumlah pasti yang aku
butuhkan. Aku ingin ibu yang menentukan. Sebelumnya sudah aku beritahu terlebih
dahulu bahwa aku tidak memerlukan banyak uang untuk membeli ponsel. Cukup ponsel
murah yang bisa untuk menelpon dan mengirim sms.
Dan 80 Dolar[1]
dikirim untukku. Aku sempat bingung mau ditransfer kemana uang ibu karena
aku tidak punya rekening, tidak punya paypal. Untung ada Money Gram.
Jasa pengiriman uang tanpa harus punya rekening.
Bulan Juli ibu mengirim dan sebenarnya bisa ku ambil hari
itu juga, namun ternyata tidak semua bank mempunyai jasa Money Gram. Aku
jelajahi satu demi satu bank yang ada di Mesir namun usahaku sia-sia. Aku letih
dan putus asa. Aku sempat tak memikirkan uang yang dikirim ibu lagi, namun aku
merasa sangat bersalah. Aku merasa bersalah karena tidak mempedulikan uang yang
dikirim Ibu.
Kenapa kau begitu tega mengacuhkan uang hasil tetesan letih
ibu. Aku merasa bersalah karena putus asa. Dan secercah cahaya muncul
menghampiriku saat aku menerima SMS dari temanku.
“Jay, duit ente yg ditransfer sudah diambil? Saya sudah
nemuin bank yang ada Money Gramnya.”
*******
Dan di sinilah aku sekarang, di Bank Qahirah. Aku menunggu
antrian, dan si petugas memberiku selembar kertas kepadaku. Sebuah pesan dari
si pengirim.
“Sayang… aku mencintaimu! Yang aku butuhkan hanyalah do’amu.”
Hatiku mencair membaca kata-kata itu. Ibu yang sungguh romantis.
Seketika itu aku meminta kepada Allah untuk menjaga ibuku, aku ingin ibu diberi
ketegaran menjalani islamnya.
Zhie
Posting Komentar