Jum’at, 23-Desember-2011
Pagi tetap saja menyapaku dengan udara dingin. meski
pakaianku sudah berlapis empat, tetap saja mereka berhasil menembus
pertahananku. Aku lewati jalan setapak Husein. Masih terlihat begitu sepi.
Mungkin para penduduk masih berada di bawah selimut. Mencoba mencari
kehangatan.
Aku singgah sejenak di rumah temanku. Aku lewati salah satu
gang kecil Husein. Terlihat beberapa ibu menata barang dagangannya. Dan
beberapa anak kecil yang berlarian. Begitu imut.
Aku menunggu di rumah temanku sampai Adzan Sholat Jum’at
berkumandang. Hari ini, hari pertamaku sholat Jum’at di masjid al-Azhar ( parah
yaa? :p ). Padahal sudah lebih dari setahun di bumi Kinanah, tetapi baru hari
ini bisa Sholat Jum’at di sini. Biasanya aku melaksanakan sholat Jum’at di
masjid asrama. Karena jarak yang menjadi halangan.
Suasana yang begitu tenang, tak kutemukan sesuatu yang
istimewa di masjid ini, sama seperti suasana masjid-masjid lain. Yang berbeda
hanya kamera TV yang terus menShoot wajah para jama’ah.
Suasana terasa hening dan syahdu sampai akhir raka’at kita
jalani. Belum selesai kita menghela nafas. Ada seseorang dari garda depan
berteriak. Teriakannya menyulut keramaian orang-orang yang ada di belakang.
Hanya satu-dua menit setelah teriakan berlangsung, terjadilah Demo di dalam
masjid Azhar. Mereka tidak kenal waktu dan tempat. Masjid yang seagung ini,
masih saja di buat tempat untuk berdemo.
Dari teriakan yang mereka lontarkan, mereka ingin hukum militer segera
dihapuskan. Dan mereka juga mengangkat poster Syaikh Imad. Salah satu pengajar
di masjid Azhar yang beberapa hari ini meninggal tertembak karena memisahkan
para demostran.
Di satu sisi, kami ingin melihat-lihat ke Tahrir, tetapi aku
sudah pernah ke sana. Dan Jum’at ini aku dan Kurniawan pergi ke City Star,
untuk membeli majalah Egypt Today edisi Desember.
Dan kejadian yang tak terpikirkan muncul di sini. Aku tanpa
sengaja menyentuh tempat buku di City Star. Tempat buku itu mengeluarkan
listrik…!! Beruntunglah aku masih mempunyai gerakan reflek. Aku selamat karena
gerakan reflekku sendiri.
Dan saat kita berjalan mengelilingi setiap sudut City
Star, Kurniawan berteriak,
“Zay, ente kok nyetrum sih?”
“Nyetrum? Jangan bercanda Wan”
“Beneran, dah tiga kali nie, aku nyetrum waktu kita
bersenggolan?”
Aku tak menghiraukan ucapan Kurniawan. Tetapi perkataan
Kurniawan mulai mengusikku, saat tanpa sengaja aku bersentuhan dengan dia, aku
pun merasa kesetrum, gak Cuma satu-dua kali, beberapa kali aku kesetrum saat
orang-orang menyenggolku.
Aku sempat takut, bagaimana nanti kalau aku meninggal karena
liran listrik ini? tetapi untunglah aliran listrik itu sudah tak lagi kurasakan
saat keluar dari gedung City Star.
><><><
Kami lanjutkan perjalanan kami, menuju Genena Mall.
Aku menemani Kurniawan mencari boneka untuk teman-temannya yang berprestasi.
Awalnya aku tidak tertarik untuk membeli boneka-boneka itu, tetapi melihat
keimutan boneka yang harganya sangat murah, aku memutuskan untuk membeli dua
buah. Untuk diberikan kepada teman-teman Mesirku.
Dan kejadian yang tak terduga kembali terulang. Dan aku
menyadarinya saat diri ini sudah menginjakkan kaki di asrama. Aku memeriksa
modem ku di setiap sudut tas, tetapi tak juga aku temukan. Padahal, aku sudah
membeli SIM modem yang seharga 50 le, tetapi modemku hilang di tempat Mobinil
Center. Allah… apa yang harus aku
lakukan? Uangku sudah benar-benar habis. Inikah teguran dariMu untukku Ya
Allah? Apa hikmah di balik semua ini Ya Allah? Aku masih menanti…..
Zhie
Posting Komentar