Selasa, 22 - November – 2011
Udara dingin mulai menjalar ke seluruh bagian pori-pori
kulitku. Sudah hampir satu jam aku menunggu di tengah dinginnya musim dingin
kota Cairo. Malam ini, aku segera akan bertemu Kheloud. Sebenarnya, sejak
sepuluh menit awal, tubuhku tidak kuat lagi menahan udara yang menerpa tubuhku.
Aku hanya memakai celana kain tipis, dan jaket hitam tipis yang tidak bisa
menahan dingin.
awalnya aku sudah menyerah untuk menunggu karena dinginnya udara yang kurang bersahabat, tetapi mengingat Kheloud pernah berdiri menungguku selama satu jam, aku berusaha melawan udara dingin ini. "jika Khelod rela berkorban untukku, kenapa aku tidak? Saat itu, aku sungguh menyesal sudah membuat Kheloud menunggu. Padahal aku sudah bilang aku akan datang terlambat. Tetapi dia tetap saja datang lebih awal.
awalnya aku sudah menyerah untuk menunggu karena dinginnya udara yang kurang bersahabat, tetapi mengingat Kheloud pernah berdiri menungguku selama satu jam, aku berusaha melawan udara dingin ini. "jika Khelod rela berkorban untukku, kenapa aku tidak? Saat itu, aku sungguh menyesal sudah membuat Kheloud menunggu. Padahal aku sudah bilang aku akan datang terlambat. Tetapi dia tetap saja datang lebih awal.
Satu jam sudah lewat, aku tahu keadaan Mesir saat ini sedang
kacau. Banyak terjadi demonstrasi. Kini, orang-orang Mesir sangat mudah
mendapat ijin membawa senapan. Dan beberapa orang meninggal tertembak di
kawasan sekitar kami. Bukan cuma aku yang takut, aku tahu orang tua Kheloud juga
khawatir. Orang tua macam mana yang membiarkan anak perempuannya keluar di
keadaan segenting ini. tapi, bagaimanapun juga aku tetap akan terus menunggu.
Di sms-nya, Kheloud mengatakan,” Zein, kalau kamu tinggal di
Hay Asheer lagi, beritahu aku yaa. Aku ingiiiin sekali bertemu kamu.” Dan
kemarin, hari Senin, kebetulan sekali aku ada acara di Hay Asheer. Pelatihan
kepenulisan untuk Reporter-reporterku. Aku sms Kheloud hari itu dan dia
berkata, “ Zein, sekarang aku di Husein[1],
bisakah kita bertemu besok setelah Maghrib si Suq Sayyarah[2]?
Kamu mau titip apa dari Husein?” aku mengiyakan dan aku bilang, “bawakan
sesuatu yang lucu dan imut.”
Dan..di sinilah aku sekarang. Menunggu kehadiran Kheloud.
Dalam benakku, ada berlimpah pertanyaan yang ingin aku sampaikan. Dan aku ingin
mengajak Kheloud makan bakso pangsit. Meski dia trauma memakan makanan Asia, aku
akan memaksanya, haha.
Dia pernah bercerita kepadaku, bahwa dahulu dia punya teman perempuan dari Thailand. Mereka begitu akrab. Teman Thailand-nya pernah memasakkannya makanan khas negerinya. Ternyata dia tidak menyukainya, “aku sangat suka bahan-bahannya, tetapi setelah diolah rasanya jadi lain. Rasanya aneh. Sejak saat itu, aku tidak mau lagi memakan makanan Asia.” ucap gadis berkacamata(Kheloud) itu kepadaku
Aku pernah membawa teman Inggrisku memakan bakso pangsit. Dan dia menyukainya dan malah berencana mengajak teman-temannya makan di sana. Jika teman Inggrisku suka, mungkin Kheloud juga suka.
Dia pernah bercerita kepadaku, bahwa dahulu dia punya teman perempuan dari Thailand. Mereka begitu akrab. Teman Thailand-nya pernah memasakkannya makanan khas negerinya. Ternyata dia tidak menyukainya, “aku sangat suka bahan-bahannya, tetapi setelah diolah rasanya jadi lain. Rasanya aneh. Sejak saat itu, aku tidak mau lagi memakan makanan Asia.” ucap gadis berkacamata(Kheloud) itu kepadaku
Aku pernah membawa teman Inggrisku memakan bakso pangsit. Dan dia menyukainya dan malah berencana mengajak teman-temannya makan di sana. Jika teman Inggrisku suka, mungkin Kheloud juga suka.
Beberapa kali gadis-gadis Mesir lewat di depanku. Ada yang
pakaiannya berwarna mencolok, ada yang tak berjilbab, ada yang berjilbab tetapi
pakaiannya ketat dan lain sebagainya. Meski aku tidak begitu jelas melihat
wajah mereka dari kejauhan, aku bisa memastikan kalau itu bukan Kheloud.
Kheloud tidak seperti orang Mesir kebanyakan. Pakaiannya tidak neko-neko.
Pakaiannya kalem, dan tentu saja berjilbab. Maka tak heran kalau salah seorang
temanku berkata, “dia seperti orang Indonesia.”
Adzan Isya’ berkumandang. Aku mencari masjid sejenak untuk
sholat. Aku sempatkan sms kepada Kheloud sebelum beranjak dari tempat. Aku
takutkan Kheloud mencariku saat aku sedang sholat.
Aku berjalan menerpa dinginnya malam. Kaki dan tanganku
terasa bukan milikku lagi. Begitu dingin dan kaku. Tidak ada sehelai kaos kaki
dan sarung tanganpun yang menempel di kaki-tanganku.
Aku tunaikan kebutuhanku, lantas aku periksa sms. Ada satu
kotak masuk dari nomor yang tidak aku kenal. Aku buka sms itu, “ Zein, saya
Kheloud. aku sudah di Suq Sayyarah. Aku sholat terlebih dahulu di masjid tempat
kita sholat sebelumnya. Dan menunggumu di depan masjid.”
Tempat kita sholat sebelumnya? Ah….aku ingat. Kita pernah
sholat di masjid itu sebelumnya. Masjid yang memberi kenangan. Saat itu Kheloud
menunjukkan kepadaku daerah di sekitar rumahnya, dan kita sholat berjama’ah di
sana. Aku bergegas ke sana. Sebelum beranjak, aku memeriksa depan masjid tempat
aku sholat saat ini. Tak kutemukan sosok Kheloud. Tidak salah lagi, dia pasti
menunggu di masjid itu.
Ku percepat langkahku, aku tidak ingin membuat Kheloud
menunggu lama. Aku lihat sosok gadis mesir dari kejauhan. Meski tak jelas aku
memandang wajahnya karena penglihatanku kian lama kian memburuk (Allah…melihat
tulisan dosen dari dekat saat kuliah berlangsung saja tidak bisa, sudah separah itukah mataku saat ini
Ya Allah?) Aku bisa memastikan kalau itu
Kheloud, aku tahu dari gaya pakaiannya. aku melempar senyum padanya.
Dan hal yang tak kuduga terjadi. Kita hanya bertemu secara
singkat. Hanya 20 menit. Mungkin bisa dibilang, dia hanya diberi waktu selama
dua puluh menit. Dia dijaga oleh seorang BodyGuard. Padahal..aku ingin
bercengkrama panjang lebar dengannya, ingin mengajaknya berkeliling dan makan
di bakso pangsit. Tetapi semua rencana itu menguap tak berbekas.
Aku hanya bisa mengubur dalam-dalam penyesalanku di dalam
hati. Kheloud pamit kepadaku. Sebelum pergia dia mengucap sepatah kata,
“Zein…aku sangaaaaat senang bertemu kamu hari ini.” saat si BodyGuard memaksa
Kheloud pergi, dia mengambil sesuatu dari dalam tas kecilnya. Sebuah boneka
unta mungil. “Zein, ini untukmu, lucu dan imut bukan? Ini cukup memberimu
kenangan tidak?” aku tersenyum dan menganggukkan kepala. Kheloud pamit, akupun
juga begitu. Kami mengambil jalan yang bersebrangan. Allah…..dinginnya udara
musim dingin tak lagi kurasakan. Hatiku sudah membeku.
Zhie
[1]
Nama kawasan di samping kuliah al-Azhar. Di sana banyak pasar untuk turis. Di
jual berbagai macam benda khas Mesir untuk oleh-oleh.
[2]
Nama kawasan tempat jual-beli mobil di Hay Asheer. Berupa lapangan kosong.
orang-orang menaruh mobilnya di sana setiap Jum’at dan Ahad. Berharap ada yang
tertarik untuk membelinya. Karena adanya acara jual-beli mobil ini, setiap hari
Jum’at dan Ahad lalu lintas di Hay Asheer menjadi macet.
brow,
kangen berceloteh..
gmn kairo skrg ?
klo di luar sih kadang masih banyak yang demo.
tp alhamdulillah kami di sini aman2 saja.