Tenggang Waktu


Sudah lebih dari sebulan aku tak bertatap muka dengan Mariam.
Aku punya kesibukan, dia juga mempunyai kesibukan . . .
Terkadang aku berpikir mungkin ini kehendak Allah untuk kita, agar tidak terlalu sering bertemu. Dan akupun mencoba melupakannya . . .
karena sungguh tersiksa memiliki perasaan rindu.
selalu teringat kepribadiannya, membuat aku murung, perempuan sebaik itu, apa benar cocok untuk diriku yang kerdil dan kotor ini?

Terkadang aku berpikir, apa yang disebut cinta karena Allah? Beberapa da’i dan pemuda islami mengumbar-ngumbar kata “cinta karena Allah”, namun sepertinya maknanya tak sesuai. Karena aku tak bisa merasakan apapun dari perkataan mereka.  Tidak ada feelnya, tidak ada kekuatan yang menusuk hati. Sampai sekarang pun aku tak tahu apa itu mencintai karena Allah.

Sempat beberapa kali aku teringat sosok Mariam. Bukan teringat wajah, hal-hal fisik ataupun materi. Namun teringat kedekatannya kepada Allah. Aku rindu saat-saat dia mendekat kepadaNya. Apakah itu yang disebut cinta karena Allah? Aku belum tahu.

Minggu-minggu pertama aku berusaha tuk melupakan sosok Mariam sepenuhnya. Aku tak ingin rasa rindu menusuk-nusuk hatiku. Aku tak ingin tersiksa oleh pikiranku sendiri.

Dan aku berhasil melupakannya. Dua minggu pertama tak ada sosok Mariam di benakku. Hari-hari ke depan aku menjalani kehidupan tanpa rasa rindu kepadanya sampai hari itu datang. Hari dimana Mariam muncul ke dalam mimpiku. Padahal sudah sekian hari aku tak memikirkan Mariam, tapi kenapa dia tiba-tiba muncul ke dalam mimpiku Ya Allah? Apa Engkau menyuruhku untuk tidak melupakannya? Atau terjadi sesuatu dengannya saat itu?

Aku kemudian mengetik kata demi kata menggunakan laptopku dan mengirimkannya ke Mariam. Bertanya kabar beberapa hari ini. Dan tanpa diduga dia sedang memikirkan aku di hari saat aku bermimpi. Dia sampai curhat kepada adiknya, Salma.

Namun, aku tak bertanya lebih banyak lagi apa yang dia curhatkan. Aku tak ingin mencari-cari tahu rahasia perempuan. Cukuplah mereka yang menyimpannya.

Dan sampai hari ini pun aku belum bertatap muka dengannya. Karena modemku super lemot, akupun jarang memakai internet. Tidak pernah lagi bertegur sapa dengannya lagi di dunia nyata maupun di dunia maya.

Kamis lalu (6 Des 2012) aku menerima sebuah pesan darinya
“Salam Zain . . . bagaimana kabarmu hari-hari ini?
Sudah lupakah dirimu dengan keluarga Mesirmu?
Semoga Allah menjagamu.”


0 Responses

Posting Komentar

abcs