Sebulan
sudah aku cuma mengisi blogku dengan satu tulisan. Ada banyak cerita yang hadir
di kepalaku, namun aku tak sempat menumpahkannya melalui tulisan. Pandanganku
teralih.
Sebulan sudah aku saling berbalas
pesan dengan Juvia. Bukan hanya pesan singkat, namun pesan panjang dua sampai
tiga halaman Microsoft word.
Begitu banyak hal yang kami ceritakan. Karena keakraban itu, dia mengganggapku
seperti saudara. Dan aku memulai mempercayainya. Menceritakan berbagai hal yang
tak kuceritakan kepada orang lain. Dan begitupun sebaliknya.
Dibalik sosok indah itu, ternyata
banyak menyimpan luka. Bola mata birunya menarik perhatian begitu banyak
lelaki. Rata-rata bola mata orang Mesir berwarna hitam atau kecoklatan. Orang
Mesir berbola mata biru sangat langka hari ini.
Dengan
sangat terpaksa, dia memakai cincin ibunya, tangan ibunya patah dan tak bisa
lagi memakai incin itu. Dengan cincin itu, dia mengatakan kepada para lelaki
yang memingnya kalau dia sudah bertunangan. Menurutnya itu memang sebuah
kebohongan, namun dia tidak ingin menyakiti mereka secara terang-terangan
dengan mengatakan dia tidak menyukai mereka. Meskipun mereka lelaki yang baik.
Namun dia tak bisa menikahi seseorang yang hanya melihat fisiknya.
Terkadang
menjadi berbeda begitu menyakitkan. Banyak orang di dunia ini membayar mahal
untuk menjadi berbeda. Karena mereka berpikir berbeda itu unik, dan lebih
menarik perhatian banyak orang. Namun, menjadi berbeda tak selamanya memberi
kebahagiaan.
Tahun
depan, mungkin Juvia akan terbang ke Indonesia. Dia ingin bertemu teman baiknya
sekaligus berlibur. Dia bertanya kepadaku harga tiket dan sebagainya. Dan
bertanya tempat belajar bahasa Indonesia di Mesir.
Saat
mengisi kolom pendaftaran, ada sebuah pertanyaan tertulis, “Dari manakah kamu
tahu tentang tempat kursus ini?” dia menjawab, “Dari teman Indonesiaku, Zain.”
Aku tertawa, begitu polosnya dia. Ini pertama kalinya namaku ditulis orang lain
di kolom pendaftaran kursus.
Dia berkata kepadaku, kalau bertemu
denganku adalah suatu “anugerah”. Hhhh . . . tiba-tiba dadaku sesak
mendengarnya. Perasaan bahagia mengalir di setiap aliran darahku. Aku senang
jika kehadiranku bermanfaat bagi orang lain. Merasa gembira jika menjadi
sandaran dan mampu memberikan cahaya wlaupun hanya secercah. Memberikanku
sebuah alasan lagi untuk hidup di dunia yang terlalu fana ini.
Posting Komentar