1 Daun yang Gugur

Mengenang kepergian salah satu sahabatku , teman sekelasku saat SMA, Joko Susilo. Teman yang selalu tersenyum saat berbicara, kocak,dan baik, teman yang tidak pernah sekalipun membaca novel, tapi tiba-tiba menangis saat selesai membaca novel “ Pudarnya Pesona Cleopatra ”, Hhhhh…… begitu lembutnya hatinya, berbeda dengan ku yang sudah berkali-kali membaca dan mendengar kisah menggugah hati, tapi tidak pernah sekalipun menitikkan air mata, sudah begitu keraskah hati-ku ini Allah……


Begitu cepatnya dia pergi dari sisi kami, padahal…….seperti baru kemarin kami masih satu kelas dengannya, pagi hari 21 desember 2009 aku mendapat sms dari teman-temanku yang saat ini sudah tersebar di seluruh penjuru tanah air ini, memberitahukan kepada ku, bahwa teman kita sudah di panggil oleh-NYA kemarin 20 desember 2009 jam tiga sore……


barat daun yang ada di pohon, dia bukan daun kering dan kecoklatan yang layak untuk gugur dari dahannya, dia masih hijau dan mampu berfotosintesis berkali-kali setiap waktu untuk kemudian membaginya keseluruh bagian-bagian pohon dan bahkan akan bisa manghasilkan buah yang bisa di nikmati semua makhluk hidup yang memanfaatkannya…..


Tapi… itulah kematian, kadang tidak dapat di duga, aku jadi teringat saat pengumuman kelulusan kita di tahun 2008, ayah sahabat ku telah meninggal dunia, entah bagaimana perasaannya saat itu,di saat semua orang bahagia menerima berita kelulusanya masing-masing, cuma dia yang menerima berita sesedih itu, padahal malamnya dia masih menelpon ayahnya yang masih sehat dan baru saja menyelesaikan olah-raga badminton bersama teman-temannya, aku lihat ketegarannya, tidak satu pun air mata yang menetes dari matanya saat itu, dia hanya diam dan tak berbicara, aku tahu sangat sulit menyembunyikan kesedihan. Dengan “diam”nya itu dia mencoba membendung kesedihan yang menyergap di seluruh pori-pori tubuhya, dan dia telah mengajarkan ketegaran kepada kami yang melihatnya.......


kadang.....aku tidak sadar apa arti semakin banyaknya kematian yang terjadi di sekitar ku, sebenarnya itu adalah teguran bagi ku, karena aku semakin jauh terpuruk dengan kelalaian, sehingga Tuhan menegur ku dengan kematian orang2 yang ada di dekat ku, agar aku mengingat kembali akan umur ku yang semakin berkurang tiap harinya, dan segera bangkit dan berjalan menuju jalan-NYA.


Tapi.....berita kematian itu cuma sekedar lewat saja di hati dan penglihatan ku, tanpa satu bekas-pun yang tertinggal, jika terus begini....sudah siapkah jika giliran ku yang akan jadi teguran bagi orang lain??



karena sering yakin akan bangun lagi

aku lebih sering tertidur daripada tidur

padahal tidurpun sebuah kebajikan

jika aku awali dengan do'a



karena tidak tahu kapan datangnya ajal

hampir tak pernah kutulis dan kuucapkan wasiat

padahal hutang dan janjiku

tidahk hanya satu-dua



karena tak melakukan dosa besar

sering aku merasa tak memiliki dosa besar

padahal kumpulan dosa kecilku

kini menjadi dosa besar



karena ibadah wajib sudah aku kerjakan

sering aku merasa kebajikanku sudah cukup

padahal tidak ada jaminan

ibadah yang aku lakukan berkualitas



karena kematian belum menghampiriku

sedikit kebajikan yang aku lakukan

dan kelalaian sering aku kerjakan

padahal saat kematian tiba, kepupus-asaan pun tiada guna.


<puisi agung wibowo, dengan sedikit edit>






0 Responses

Posting Komentar

abcs