One Tear (1)


baru-baru ini aku menganalisa sebuah film jepang yang berjudul “ one litre of tears”, kisah nyata seorang remaja bernama Kito Aya yang menderita penyakit sumsum tulang belakang saat menginjak umur 15 tahun. Penyakit ini belum ada penyembuhnya sampai sekarang, secara bertahap si penderita akan sulit berjalan, mengeja dan bahkan tidak bisa lagi bergerak dan berbicara.

ada sesuatu yang berbeda yang di tawarkan film ini kepada kita, jika menemui seeorang dengan penyakit ini atau penyakit-penyakit lain yang sudah pasti tidak bisa di sembuhkn secara total, jangan di rahasiakan kepada penderita, meskipun akan menyakitkan bagi si penderita jika mengetahui kebenarannya, mengapa bisa begitu?? bukankah akan menyakitkan dan akan menurunkan semangat hidupnya jika di beritahukan....???


dokter dalam kisah ini pernah mempunyai pasien seorang anak kecil dengan penyakit yang serupa dengan Aya, orang tua maupun dokter tidak tega memberitahukan penyakitnya kepada anak kecil itu, sampai akhirnya anak itu sudah tidak bisa bergerak, dan berkata kepada dokter dengan terbata dan isak tangis, “ dok...ter...,.!! se..an..da..i..nya................a-ku........ta-hu......a-kan.....se—per-ti........i-ni.........da-ri.....a-wal, a-ku.......a-kan..........ber-la-ri.......dan.......ber-ma-in.......base-ball.......ti-aaap.........ha-ri............sam-pai.............so-re.............


tentu saja Aya di beritahu tentang penyakitnya, memang awalnya menyakitkan, tapi itulah yang terbaik, agar di sisa hidupnya dia bisa melakukan hal yang terbaik, dan hal yang paling dia inginkan.


Dia menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis sampai dia tidak bisa lagi memegang pena, “karena dengan menulis bisa menjelaskan keberadaanku”(kato aya).


setelah meninggalnya Aya, tulisannya di publikasikan dengan diberi judul “ichi rittoru no namida”, atau satu liter tetesan air mata, terjual 1,1 juta kopi, tulisan-tulisan yang sederhana tapi sangat kuat, yang berhasil memberi motivasi para penderita lain.

0 Responses

Posting Komentar

abcs