Rasa nyaman selalu membuat orang-orang sulit berubah.
Celakanya , kami sering tidak tahu kalau kami sudah terjebak oleh perasaan nyaman itu . . . . . padahal di luar sana, di tengah hujan deras, petir, Guntur, janji kehidupan yang lebih baik boleh jadi sedang menanti.
Kami justru bertahan di gubuk reot dengan atap daun yang bocor dimana-mana, selalu merasa nyaman, selalu berkata “tidak” pada perubahan, selalu berkata “tidak” . . . . .
Rasa takut juga selalu membuat orang-orang sulit berubah.
Celakanya, kami seringkali tidak tahu kalau hampir semua yang kami takuti hanyalah sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi . . . . . kami hanya gentar oleh sesuatu yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. hanya mereka-reka, lantas menguntai ketakutan itu, bahkan kami tega menciptakan sendiri rasa takut itu, menjadikannya tameng untuk tidak mau berubah . . . . .
Setiap orang yang menggemari filsafat pasti tahu tentang “gua plato”, dalam karyanya berjudul “Republic” dia menjelaskan tentang orang-orang yang tinggal di gua tersebut, mereka selalu menghadap dinding, merasa pantulan sinar matahari dan api unggun di gua adalah dunia yang sebenarnya, mereka merasa nyaman di dalamnya, mereka tidak mau keluar dan melihat dunia luar yang jauh lebih indah dengan lautan, pepohonan dan pegunungan, perasaan nyaman yang penuh kepalsuan.
Saat inilah yang sedang akan kami lakukan, keluar dari gua nyaman kami dan menuju terjangan petir dan badai untuk sebuah janji kehidupan yang nyata mencari hikmah di antara pepohonan dan lautan, karena kami sadar hidup di dalam gua yang nyaman tidak memberi hasil apa-apa, kami ingin berubah dari seorang ulat jelek yang merusak dedaunan, menjadi seekor kupu-kupu yang anggun yang selalu membantu penyerbukan bunga-bunga............
orang yang bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak tahu
Posting Komentar