Intan Berlumut di Air Keruh


Banyak teman-temanku yang membenci gurunya sendiri juga orang-orang dewasa lainnya, awalnya aku pun merasa teman-temanku lah yang tidak berbakti dan duluan mencari gara-gara, tapi ternyata aku salah.



Mungkin aku terlena dengan kenyamanan sehingga aku tidak merasakan apa yang di rasakan oleh teman-temanku, para guru banyak memperhatikanku karena prestasi-prestasiku, mungkin di antara teman-temanku, akulah yang sifat dan keperibadiannya dianggap masih orisinil dan tidak terpengaruh dengan dunia luar, sampai seorang guru menasehatiku, kalau aku seperti Berlian di Air Keruh, meskipun berada di dalam air keruh (yaitu teman-temanku yang mereka anggap buruk) tapi tetap bisa bersinar dan tidak terpengaruh dengan air yang keruh.



Begitu butanya aku oleh penampilan luar saat itu, sampai akhirnya aku menyadari hal yang sangat penting, saat aku di tawari untuk ikut organisasi paling bergengsi di sekolah, tapi aku menolak karena banyaknya kegiatan dan organisasi yang sudah aku ikuti, dan karena aku ingin fokus belajar.



Dan di situlah ternyata aku mengetahui kebenaran, mayoritas guru hanya melihat dari penampilan luarnya saja, mereka hanya mengakrabkan diri dengan anak-anak yang aktif dan menonjol, dan memandang dengan sebelah mata anak-anak yang tidak berprestasi atau anak-anak biasa.



jadi jangan salahkan seorang murid nakal jika menyalahkan gurunya, karena memang gurunya-lah yang menyebabkan sang anak seperti itu, guru selalu ingin lebih dekat dan mengakrabkan diri kepada murid yang baik dan menonjol saja, dan selalu memincingkan mata jika bertemu dengan murid biasa, jangankan menyapa, jika kita menyapa-pun terkadang di jawab dengan ekspresi dingin. Kita seolah-olah seperti tidak ada, padahal kita masih di dalam sekolah dan ruangan yang sama. perilaku tidak adil yang seharusnya tidak di miliki orang dewasa seperti mereka.



Terkadang guru selalu tampil bermuka suci saat bertemu di hadapan para orang tua, para guru selalu bilang kalau mereka sudah berusaha mendidik anaknya tapi tetap saja nakal, mendidik? Itukah yang di sebut mendidik? Selalu memincingkan mata saat bertemu dengan murid-murid “biasa”, tidak mencoba membuka hati dan mengakrabkan diri dengan mereka, selalu saja menghukum dan menghukum.



Benar-benar kekanakan aku rasa, mereka hanya melihat dari tampilan luar saja, mereka tidak tahu, kalau murid nakal adalah murid yang paling banyak mengalami masalah di dalam keluarganya, lingkungannya dll, seharusnya mereka di bantu agar mereka tidak merasa sendirian hidup di dunia ini, bukannya di hukum, jika begitu, akan semakin memperburuk keadaan, sang murid sudah merasa tidak punya siapa-siapa lagi, karena gurunya pun tidak bisa mengerti keadaannya.



Para guru selalu melihat kejelekan murid yang sudah tampak dari luar, bukan melihat sisi baik dari murid yang berpenampilan jelek, seperti itukah mayoritas guru di dunia ini? Jika seperti itu, akan semakin banyaklah siswa-siswa yang tidak bisa menemukan jati dirinya dengan baik, karena saat remaja, mereka sudah di tinggal oleh guru dan orang-orang dewasa lainnya.



Jika ingin merubah hal itu, sudah seharusnya kita sebagai generasi baru maupun generasi lama yang masih bertahan, untuk membuka hati kita dan mengakrabkan diri kita kepada semua murid kita, geng yakuza(geng terbesar di jepang) saja tahu, “ kalau kita tidak bisa tahu sifat sebenarnya seeorang, jika seseorang itu tidak membuka diri kepada kita, dengan cara kita lah yang harus membuka diri kepadanya duluan” tidak peduli murid itu berprestasi atau tidak semuanya sama, mereka murid kita, kita harus menghargainya.



Dan kita jangan pernah melihat murid dari tingkah luarnya, jika murid kita berperilaku jelek, jangan lihat kejelekannya, tapi berusahalah mencari sisi baik yang dimilikinya, itulah yang dinamakan kedewasaan, melihat dari sisi dalam.



Aku tidak pernah menganggap muridku sebagai sampah (Great Teacher Onizuka)







0 Responses

Posting Komentar

abcs