Selasa, 18 Oktober 2011
Malam ini, buletin kita kembali terbit. Jujur, aku masih
merasa terbebani. Sejak aku menjadi pimpinan redaksi, bukan cuma waktu dan
tenaga yang aku korbankan. Tetapi uang juga. Padahal, aku sudah tidak lagi
kerja Part Time di hotel layaknya tahun kemarin. Uangku benar-benar
sudah habis sejak lama. Uang untuk beli kitab pun tidak ada (sampai sekarang,
aku masih belum membeli buku-buku diktat kuliah). Dana dari ICMI dan KBRI belum
juga turun, sehingga terpaksa harus memakai uang kita sendiri untuk penerbitan.
Padahal, rencana tahun ini, aku tidak ingin disibukkan oleh
organisasi. Aku tidak bisa seperti orang-orang yang bisa membagi pikiran antara
belajar dan organisasi. Pikiranku terpecah. Padahal tahun ini aku berencana
untuk fokus kajian ilmiah, talaqqi (belajar langsung di depan syaikh besar di
masjid), dan hafalan al-Qur’an. Tetapi semuanya kandas begitu saja.
“Untuk menghafal al-Qur’an, kita harus benar-benar kosong.
Seharian penuh harus fokus dengan hafalan. Meninggalkan semua aktifitas yang
mengganggu pikiran. Menjauh dari hiruk pikuk dunia luar,” ucap salah satu
seniorku yang telah merampungkan hafalannya.
Yaa…aku sadari itu, senior-senior yang hafal al-Qur’an
menghabiskan waktunya di masjid, selalu mengulang hafalan. Padahal, tahun-tahun
sebelumnya. Dia seorang aktifis yang selalu mondar-mandir kesana-kemari. Dan
dari situ aku menyadari, aku tidak akan bisa menghafal al-Qur’an tahun ini.
karena beban pimpinan yang menempel di pundakku.
Di tengah proses percetakan, aku menyatakan keinginanku
untuk mengundurkan diri. aku langsung melihat mata mbak Ayu yang mulai
berkaca-kaca, menahan tangis. Tentu dia merasakan hal yang sama. Terbebani.
Tidak bisa seenaknya aku mengundurkan diri. Aku juga harus
mempertimbangkan perasaan kru yang sudah memilihku, yang sudah percaya
kepadaku. Jika aku sebagai pimpinan tiba-tiba mengundurkan diri, bagaimana
nasib kru-ku? Kecewa, sudah pasti. Dan mungkin akan terjadi dampak negatif.
Seperti mereka kurang cocok dengan pimpinan baru, semangat menulis mereka
menurun drastis. Aku tidak ingin menghancurkan semangat mereka. tetapi aku juga
tidak ingin membiarkan diriku sendiri terbebani.
Malam itu, aku pulang dari International Park bersama
Ahwazy, salah seorang kru-ku. Di tengah perjalanan dia berkata kepadaku, “Zein,
kalau meminta bantuan edit, tinggal calling saja, kalau kosong
InsyaAllah saya akan membantu. Flatku sekarang di Husein, tentu dekat dengan
Bu’uts (asramaku). Aku mendengar dari Boris kalau kamu sudah bekerja, dari pagi
sampai malam ada di depan komputer, dan katanya kamu terbebani yaa? Gak kan Zein?”
Perkataan Ahwazy membuatku menangis di dalam hati. Batinku
teriris. Ternyata kru yang semula aku pikir tidak care kepadaku,
ternyata begitu besar perhatiannya kepadaku.
Pertanyaan terakhirnya membuat diriku terguncang. Terbebani?.
Sebenarnya iya. Tetapi aku tidak ingin menunjukkan masalahku di depan mereka.
aku tidak ingin mereka kehilangan pegangan. Jika pimpinan redaksi saja goyah,
kepada siapa mereka akan bersandar?
Aku berkata, “ tidak kok Ahwazy, do’akan selalu yaa….semoga
tetap bisa istiqomah.” Ku alihkan pandanganku ke candela bis. Melihat suasana
malam kota
Kairo. Berharap menemukan sesuatu yang bisa meringankan bebanku saat ini. meski
aku lemah di dalam, aku ingin selalu tampak kuat di depan kru-ku. Aku tidak
ingin membuat mereka kecewa.
NB : bagi keluargaku yang membaca tulisan ini mungkin akan
segera tahu kalau uangku sudah habis sejak lama. Aku sangat memohon untuk TIDAK
mengirimiku uang. Aku tahu mungkin kalian khawatir kepadaku. tetapi aku sangat
menikmati kemiskinan ini. sejak dulu aku selalu hidup enak dan tercukupi.
Sekarang sudah saatnya aku merasakan kesulitan ini.
Teringat hidup seperti dua sisi koin yang berbeda. Tidak
mungkin kita selamanya hidup di dalam ketentraman. Ada kalanya kita hidup di dalam kegalauan.
Jika selama hidup kita selalu dikelilingi kenyamanan, pasti kesulitan akan
datang di akhir. Itu yang tidak aku inginkan.
Aku ingin kesulitanku datang di awal, aku ingin menjalaninya
saat ini. demi seteguk kenikmatan yang akan datang di akhir.
Toh….selama aku tidak mempunyai uang, aku masih hidup sampai
saat ini. selalu saja ada rizki dari Allah.
(Zhie)
Posting Komentar