Jum’at, 13 April 2012
Jam dua dini hari aku baru sampai di kamarku. Aku buka pintu
berwarna kekuningan itu, kulihat suasana begitu gelap. Dua temanku sudah
terbaring lemah merangkai mimpi.
Aku meletakkan tas beratku, dan segera berbaring di tempat
tidurku. Aku menerawang langit-langit. Suasana ini, tanpa terasa aku
mersakannya kembali. Sudah lewat satu tahun.
Tahun lalu, aku juga merasakan hal yang sama. Tiba di jam
yang sama, suasana kamar yang gelap dan teman kamarku sudah terlelap. Dan saat
itu aku tiba dari acara yang sama. LPJ informatika.
Akhirnya pimpinan baru telah terpilih, pikiran yang
membebani sedikit demi sedikit mulai terlepas. Tahun lalu sebelum aku tertidur
pulas, aku sempatkan SMS ke Rida Ammita. Memohon maaf atas kesalah yang aku
buat selama ini. tahun lalu, karena kita pernah satu tim berwawancara, kita
menjadi bahan gossip. Aku pun tidak enak dengannya. Dan entah tahun ini aku
kehilangan kontak dengannya.
Kemarin malam(Kamis, 12 April 2012) bukuku dilaunchingkan,
aku hanya membawa beberapa buku di acara itu. dan ludhes, habis tak
tersisa. Beberapa kruku minta buku itu, dengan berat hati aku tidak bisa
memenuhinya. Aku hanya membawa sedikit.
Teringat masa-masa percetakan dua hari yang lalu bersama
Kurniawan (Selasa-Rabu). Kami menunggu percetakan sampai jam tiga pagi. Kami lelah.
Lelah sekali. Hampir seharian kami tidak tidur.
Adzan Subuh berkumandang pukul empat pagi, kami memutuskan
untuk sholat di Masjid Husein, karena kami yakin, masjid lain pasti ditutup. Aku
kelelahan, hampir aku terlelap tanpa sadar. Aku basuh wajahku dengan air
dingin, namun tak juga menghilangkan rasa kantukku.
Beberapa menit kita menunggu, hampir menghilangkan
kesadaranku. Aku tak ingin kehilangan kesadaran. Aku harus bertahan. Sebentar lagi
adzan berkumandang.
***
Sholat Subuh sudah kita tunaikan. Dengan tenaga yang tersisa
kami berjalan huyung ke Rumah Kurniawan dengan memanggul ransel berisi penuh
buku. Beban berat tak lagi dirasa. Yang ada hanyalah rasa kantuk dahsyat yang
ingin segera dipenuhi haknya.
Kami tiba di depan gerbang. Namun gerbang ditutup rapat. Kita
ketuk berkali-kali namun tak ada yang membuka. Kita telepon teman satu rumah
namun tak diangkat. Nampaknya mereka kembali terlelap usai mendirikan sholat
Shubuh.
Kami terduduk di depan gerbang. Tak lagi bisa menahan rasa
kantuk yang membuncah. Kami terlelap. Tertidur pulas di depan gerbang tanpa
kami sadari.
Zhie
Posting Komentar