KEKHAWATIRAN


Selasa, 10 April 2011

Usai kulaksanakan sujudku, ponselku bergetar. Aku raih HP merah yang tergeletak di meja itu, aku buka SMS yang masuk.

Salam Zein
Aku ingin bertemu kamu………….
Bisakah?

Nadanya begitu lemah, tidak biasanya dia seperti ini. Kenapa harus hari ini, aku banyak pekerjaan sampai tanggal 12 April ini. mengurusi percetakan bukuku, dan LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) dengan sangat berat hati, aku mengatakan tidak bisa.

Lama aku menunggu, tapi tak juga ada balasan. Sepertinya dia kecewa dengan balasanku. Aku mengiriminya SMS untuk kedua kalinya.

kamu butuh aku hari ini?
sore ini mungkin aku ke Hay Asyir, jika ingin melihatku, kita bertemu di sana. tapi mungkin aku tidak bisa berlama-lama.

Kheloud membalas SMS-ku, menyarankanku untuk missed call dia kalau siap bertemu. Hari ini aku dan temanku mengurusi masalah percetakan buku yang akan di launching pada 12 April, saat LPJ. Ada dua buku yang akan terbit hari itu. bukuku dan buku temanku.

Masalah percetakan sungguh memberatkan, tidak seperti di Indonesia yang mana si penulis tinggal terima jadi, namun di sini tidak. Kita juga ikut mengerjakan. Seharian kita mengerjakan sampai jam 2 pagi. Kita harus memaksakan diri tuk tidak memejamkan mata. Sungguh capek mata dan tubuh ini.

Di waktu senggangku, saat adzan Ashar berkumandang, aku mengirimi missed call ke Kheloud, dan dia akan datang 20 menit kemudian. Aku sempatkan membeli ruz bil kibdah, nasi dengan potongan hati yang ditebari mayones.

Angin mulai menembus poriku, tak kusangka sore ini masih terasa begitu dingin. aku menyesal hanya memakai kaos brlengan pendek. Karena siang hari begitu panas, aku tak membawa jaket sehelaipun.

Tak berkedip aku memperhatikan jalan, berharap melihat sosok Kheloud, dan dari seberang gadis berjilbab kecoklatan itu terlihat. Aku berdiri dari tempat dudukku, melukis senyum tuk menyambutnya.

Kami berdiri dan saling bertanya kabar. Tanpa kami sadari Iid, teman satu fakultasku muncul dan memergoki kita berdua. Aku mencoba acuh pada Iid, tak ingin mengganggu kenyamanan Kheloud, tanpa terasa teman sefakultasku itu menyenggolku dari belakang. Mungkin dia bangga, karena ada temannya yang berduaan dengan gadis Mesir.

Zein, dia temanmu?
Aku menganggukkan kepala. Dan akhirnya kita memutuskan untuk berbicara sambil berjalan. Dia mengatakan sangat mengkhawatirkan aku. Mendengar aku sakit dia sangat cemas dan ingin menjengukku, dan bertanya apa perempuan boleh masuk ke asramaku? Aku mengatakan tidak boleh. Jangankan perempuan, laki-laki yang tinggal di luar asrama pun tidak boleh masuk ke dalam asramaku.

Dan saat aku tengah sakit, Kheloud meminta Luqman, teman Indonesia yang tinggal satu asrama untuk menjengukku. Aku yakin dia tidak akan mau. Dia laki-laki yang mementingkan dirinya sendiri, tak mungkin dia mau melakukan hal seperti itu.

Bahkan si Luqman berkata kepada Kheloud kalau melihatku berjalan di Terminal Bis dan kelihatan sehat. Ah, si Luqman ini, dia selalu cemburu melihat kedekatanku dengan Kheloud. Dia kadang bertanya, “sampai sejauh mana hubunganmu dengan Kheloud?”

Tapi untunglah si Kheloud tidak mempercayai ucapan Luqman. Dia lebih memihakku. Namun tetap saja ada perasaan marah mendengar ucapan Luqman. “apakah Zein membohongiku?”
Dan aku tahu alasannya bertemu denganku kali ini. meminta penjelasan kepadaku, berharap aku tak membohonginya.

Aku mengatakan tiga hari sudah aku sakit berat, tak bisa melakukan apa-apa. Hanya bisa terdiam di asrama. Dan setelah tiga hari itu, sakitku belum sembuh, namun aku paksakan diriku untuk keluar. Karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Kheloud tersenyum, dia lega aku tidak membohonginya. Dia berkata membawakan aku daun-daunan Mesir sebagai obat, namun dia kelupaan. Dia membawa tas yang salah, mungkin saking terburu-burunya ingin segera bertemu denganku.

Dan aku menceritakan aku kini membuat buku, dia tertawa kegirangan. Dia bertanya buku tentang apa? Aku menceritakan sekilas tentang bukuku, dan aku berkata ada suatu bab yang bercerita tentangnya. “bisakah bukumu itu diterjemahkan ke dalam bahasa Arab?” aku mengatakan ketidak sanggupanku, terlalu berat bagiku. Namun mumgkin aku bisa menerjemahkan bab yang berbicara tentangnya. Tidak sekarang, mungkin usai ujian.

Pertemuan yang sungguh menyenangkan, sudah lama aku tak bertatap muka dengannya. Dia begitu senang melihatku kembali, begitu juga denganku. Aku menikmati hari ini.
0 Responses

Posting Komentar

abcs