Balutan Kecewa



Ahad, 4 Oktober 2012

Sakit hati, itulah yang aku rasakan saat namaku tak ada di daftar nama yang tertempel di tembok dekat lift itu. aku mencoba mencari-cari namaku untuk kesekian kalinya, berharap aku melewatkan satu nama, namun tak juga aku temukan namaku.

sore ini aku berangkat ke Tahrir untuk melihat sebuah pengumuman. 30 Desember lalu aku mendaftar untuk belajar bahasa Jepang di Japan Foundation. ternyata banyak yang berminat berbahasa Jepang, dan akulah satu-satunya orang Indonesia di ruangan itu, sisanya adalah orang Mesir.

di sebelah tempat dudukku, aku berkenalan dengan Ahmad Mohie. seorang pemuda Mesir berperawakan gagah nan tampan. aku baru tahu kalau dia menikah dengan perempuan Jepang. dan telah dikaruniai dua orang anak. dia belajar bahasa jepang karena ingin bisa bekomunikasi dengan istri dan anaknya. Dia berkata, "Haha anakku adalah guru bahasa Jepangku. aku belajar dari dia."

dan di ruangan berbentuk persegi itu aku, Ahmad dan tiga gadis Mesir dipanggil dan diwawancarai. mereka semua lulusan universitas umum, cuma aku satu-satunya orang yang kuliah di jurusan agama.

para penguji bertanya panjang lebar kepada semua orang. di tanya kenapa suka Jepang dan sebagainya. aku mendengar seorang gadis bercerita namun aku lupa dia berbicara apa. kemudian giliran Ahmad yang menceritakan dirinya dan keluarganya.

kemudian gadis Mesir di samping kiriku yang ingin langsung naik ke level 3 karena dia adalah pengajar orang Mesir untuk bahasa Jepang namun saat dites si penguji dengan bahasa Jepang dia masih gagap. si penguji bertanya, "darimana kamu belajar bahasa Jepang?"
"Saya belajar dari Internet dan buku"
"kamu sebaiknya mulai dari level 1"
"tidak bisakah aku ikut tes percepatan?"
"kamu lihatkan? aku menanyaimu dengan bahasa Jepang tetapi kamu tidak bisa menjawab. level 1 lebih baik untukmu. kamu akan menemukan banyak hal di sana."

gadis itu terdiam. aku bisa menangkap gurat kekecewaan di wajahnya. namun dia berusaha menahannya. aku ikut sedih menyaksikan apa yang terjadi.


kemudian giliran gadis Mesir yang duduk di samping kananku, dia bercerita tentang kegemarannya menggambar komik Jepang dan segera ingin belajar bahasanya.

dan tibalah giliranku. si penguji cuma menanyaiku singkat, kenapa? aku juga tidak mengetahuinya secara pasti.  aku tidak ditanyai kenapa suka Jepang dan sebagainya. Dia hanya bertanya mengenai jurusan Islamku.

sebenarnya untuk bahasa Jepang, sejak di Indonesia aku sudah membawa beraneka software, audio, e-book dan lain lain untuk menunjangku berbahasa Jepang. sudah banyak koleksiku mulai pembelajaran dari Japan Foundation sendiri, dari Minna no Nihongo, Tell me more, monbugakakusho dan lainnya. namun sampai saat ini aku belum pernah belajar dengan serius, hanya buka-buka sebentar kemudian hilang dan lupa lagi.


dan untuk itulah aku membutuhkan Japan Foundation. aku berharap para pengajar mampu mendobrak smengatku dan menghilangkan kemalasanku untuk belajar bahasa Jepang. aku dari dulu ingin sekali bisa lancar bahasa Jepang, namun karena tidak ada partner, aku malas mempelajarinya.

*******

saat adzan Ashar berkumandang, aku meninggalkan asramaku dan berangkat ke Japan Foundation. aku mencoba menaiki lift namun karena terlalu lama, aku akhirnya menaiki tangga.

aku tidak sabar melihat namaku tertempel. aku ingin cepat-cepat bisa bahasa Jepang. aku telusuri pandanganku ke tiga buah kertas yang tertempel di dinding. aku perhatikan dengan seksama kertas pertama, kedua, dan ketiga. Tidak Mungkin!!!


aku kembali melempar pandangan mataku ke kertas pertama. namun setelah berulang kali aku mencoba, tetap tak kutemukan namaku. aku bertanya kepada diriku sendiri, kenapa?

aku melihat perempuan Jepang dengan rambut pendek sepanjang bawah telinga. nampak gurat wajahnya yang mulai menua, itu ...  ibu Penguji!! aku bertanya kenapa namaku tidak ada, mungkin ada alasan yang logis.? namun si penguji nampak cepat-cepat menghindariku dan tidak menjawab pertanyaanku dengan logis.

aku pulang dengan hati yang terpecah belah. aku berpikir keras kenapa namaku sampai tidak ada di sana? aku mencoba memikirkan kejadian-kejadian sebelumnya saat si penguji tidak menanyaiku dengan banyak.

apakah dari awal si penguji sudah illfeel karena aku sekolah di jurusan islam? karena perlu kau ketahui kawan, penduduk Jepang di Mesir hampir tidak ada yang beragama Islam, cuma segelintir orang yang beragama Islam, bisa dihitung dengan jari. bahkan dari sekian penduduk dunia yang kuliah di Al-Azhar, aku tak menemukan satupun orang Jepang.

mungkinkah mereka takut kalau aku bisa berbahasa Jepang, aku akan berbicara tentang islam kepada mereka (penduduk Jepang) ?

bagaimanapun juga, hatiku masih sakit. padahal aku ingin segera melahap habis buku-buku berbahasa Jepang yang ada di perpustakaan. aku ingin berbicara bahasa Jepang kepada teman-teman Jepangku.


entah harus aku obati dengan apa sakit hatiku ini. Bagaimanapun Allah pasti ingin menunjukkan sesuatu kepadaku atas apa yang aku alami hari ini.


Zhie
0 Responses

Posting Komentar

abcs