Jum'at, 16 Oktober 2012
beberapa hari yang lalu, saat diri ini membuka kembali tas ranselku satu-satunya. aku menemukan lembaran kursus B.Jepang. teringat kembali saat-saat itu. aku menerima lembaran itu dengan angan bahagia. di sana tertulis persyaratan membawa foto copy id card. aku menyampatkan diri memfoto kopi kartu pelajar al-Azhar kebangganku sebelum berangkat ke tempat kursus.
namun angan itu telah sirna. mengabur. mimpiku untuk membaca buku-buku berbahasa Jepang sirna. mimpiku berbicara panjang lebar kepada teman-teman Jepangku lenyap. mimpiku mengajar beberapa teman Jepangku tentang islam kandas. aku kecewa.
aku sengaja tidak memberitahukan siapa-siapa masalah itu. karena kesedihan, aku sering diam, mengintrospeksi diri, mencari hikmah apa yang hendak Allah tunjukkan dan lama tak berbicara dengan Mariam.
Sabtu lalu (10 Oktober) aku memimpikan Mariam. entah apa yang terjadi, aku sudah beberapa hari ini tak memikirkan Mariam. namun tiba-tiba dirinya muncul ke dalam mimpiku. aku terbangun saat tahajud, dan langsung menanyakan keadaan dirinya.
dan pertanyaan tak terelakkan itu pun datang. dia bertanya tentang kursus b.Jepangku. dan dia berkata, "Zain... jangan sedih. bahasa Jepang membutuhkan konsentrasi sendiri. fokuslah kepada kuliahmu terlebih dahulu."
yaa.. mungkin Allah ingin aku untuk fokus pada kuliahku.
sebenarnya dua tahun ini aku tidak bisa belajar dengan baik. belajarpun sekenanya. seolah setahun masa penantianku menunggu visa turun menghilangkan hampir semua ilmuku di bangku sekolah menengah atas (SMA).
aku pun tak tahu kenapa? aku yang kata guruku cerdas dan pekerja keras tiba-tiba menjadi orang yang berkebalikan seratus delapan puluh derajat. aku yang selalu mendapat nilai tinggi di Indonesia namun di sini hanya mendapat nilai pas-pasan.
apakah karena aku pernah berbuat kesalahan sebelum aku berangkat ke Mesir sehingga menghilangkan seluruh ilmu agamaku?
aku mencoba mengingat kesalahan yang aku buat. sepertinya saat itu... saat aku makan di restoran bandara Juanda bersama keluargaku...
saat itu kami memesan jus apukat untuk kedua keponakanku. aku berkata, "jus apukat dua, mbak (aku tidak bilang jus tanpa es atau dengan es)."
dan pesananpun datang, kami terkaget karena jusnya dingin. kedua keponakanku tidak bisa meminum jus dingin karena kami takut mereka berdua sakit. aku bertanya kepada seorang ibu-ibu yang ada di dalam restoran dengan pelan, "Bu, jusnya kok dingin?"
spontan ibu itu memarahi pelayannya. aku tak tahu kalau ibu itu pemilik restoran. dan aku juga tak tahu kalau responnya seheboh itu. si gadis pelayan mencoba membela diri kalau aku tak memesan jus apukat tanpa es, dan temannya pun mencoba membela dan bertanya langsung kepadaku yang tengah duduk bersama keluargaku.
aku terdiam. kelu. tak mampu untuk berbicara. melihat respon diamku, si ibu pemilik toko menggiring pelayan itu ke suatu tempat sambil terus memarahinya. entah setelah itu apa yang terjadi. dipecatkah pelayan itu? bagaimana kalau pelayan itu bekerja di sini untuk menghidupi keluarganya di kampung atau membiayai adik-adiknya sekolah?
do'a orang yang terdzolimi dikabulkan oleh Allah.
apakah dia merasa terdzalimi karena aku Ya Allah? sehingga hampir semua ilmu agamaku hilang tak berbekas. aku berjalan di Azhar seolah tak berbekal. aku juga kehilangan motivasi. aku tak seperti dulu. aku kehilangan diriku yang gemilang.
Zhie1
Posting Komentar