Kilau Yang Menembus Kepekatan


Jum'at, 16 November 2012

aku kehilangan motivasi. aku tak seperti dulu lagi. entah kenapa beberapa tahun ini aku tidak bisa tekun belajar, tak bisa bersungguh-sungguh kuliah. belajar dan menghafal al-Qur'an pun cuma saat mendekati ujian.

aku sudah seperti ini semenjak pertama kali menginjakkan kaki di bumi Kinanah ini. ada apa denganku Ya Allah?

orang-orang selalu termotivasi karena jauh dari orang tua dan keluarga. orang-orang juga terbakar semangat karena kuliah di Mesir adalah amanah keluarga juga ingin membanggakan mereka.

namun... kenapa aku tak bisa? seolah aku tak merasakan hal-hal itu. aku tahu pengorbanan kakak dan keluargaku demi mewujudkan cita-citaku. namun... kenapa semangatku tak bisa terbakar? seolah keinginan untuk membanggakan mereka tak ada. semangat untuk bersungguh-sungguh dan berjuang mati-matian pun tak ada. nasehat-nasehat ibu pun tak membekas di hatiku.

ada apa dengan keluargaku? kenapa tidak bisa menjadi motivasiku lagi?

atau lebih tepatnya... ada apa denganku?

*******

"Zain, belajar Dirasat Islamiyah berbeda dengan yang lainnya. dia belajar dengan hati"

perkataan Mama Khalidah (ibunya Mariam) membuatku malu. dia terlalu mengagungkan aku. aku cuma mahasiswa dengan nilai yang pas-pasan. namun dia begitu memujiku. aku malu dengan diriku sendiri.

Mama begitu terkagum-kagum mendengar diriku yang kuliah di fakultas Dirasat Islamiyah. fakultas tersulit menurut orang Mesir sendiri. Mama bercerita kepada Mariam tentang temannya yang kuliah di fakultas Dirasat Islamiyah yang sering gagal. dan memberitahukan begitu hebatnya fakultas itu.

fakultasku memang bukan fakultas biasa. ada beberapa fakultas agama di al-Azhar ini. ada Aqidah dan Filsafat, Sastra Arab, Sejarah, Da'wah, Fiqh, Tafsir, Hadits dan lain lain. dan fakultasku mempelajari semua pelajaran itu secara mendalam. bukan hanya di permukaan, karena jika mempelajari di permukaan ada fakultas tersendiri, namanya Tarbiah.

beberapa kali aku ke rumah Mariam. ibunya selalu ingin aku menjadi imam. padahal terkadang ada beberapa sepupu Mariam yang sedang berkunjung di sana. aku minder. bagaimana seorang Indonesia seperti aku menjadi imam keluarga Mesir?

aku berkata kepada Mama Khalidah bahwa suaraku tidak bagus. namun dia berkata, "tidak apa-apa Zain."

dan usai sholat beliau memuji suaraku, "suaramu bagus, Zain." dan terus berkata seperti itu.

aku malu Ya Allah... aku malu pada mereka karena tidak bisa menjadi yang terbaik. aku malu karena nilai pas-pasan ini. kebeningan katanya, kemurnian hati dan kasih sayangnya membuncahkan kembali semangat belajarku. begitu membekas di hatiku. tertancap ke sumsum tulangku. mengalir indah di nadi dan aortaku.

keinginan untuk menunjukkan hasil yang terbaik itu muncul kembali. aku ingin tekun belajar untuknya. aku ingin menunjukkan nilai-nilai terbaikku kepadanya. aku ingin membuatnya bangga. aku ingin mengucapkan terima kasih kepadanya karena mengangkat pemuda Indonesia yang biasa ini menjadi bagian dari keluarganya.

Zhie
0 Responses

Posting Komentar

abcs