Secangkir Hikmah


Ahad, 4 Maret 2012

Jam menunjukkan angka 10 malam. Aku masih terduduk. Tenggelam oleh suara bisik lirih. Dan suara langkah pelan. Baru pertama kali ini aku merasa benar-benar di luar negeri. Entah…sensasi ini baru saja aku rasakan beberapa hari ini. hampir dua tahun aku melangkahkan kaki di bumi Kinanah ini. tapi aku masih merasa hidup di kampung halamanku. Indonesia. Ah…mungkin itu salahku, hari-hariku tak lepas dari Indonesia. Berjalan bersama teman Indonesia. Bercanda dan tertawa dengan teman sesama Indonesia. Dan berorganisasi bersama teman Indonesia. Hhhh….

Malam ini, aku menunggu teman satu kelasku. Namanya Ahmad. Tetapi dia tidak ingin dipanggil Ahmad. Dia ingin dipanggil Sobhy. Nama ayahnya.

Sebelum aku pulang melangkahkan kaki ke Metro. Aku sempat bermain-main dengan dia. Dan menyembunyikan ponselnya di sakuku. Dan tanpa terasa aku lupa mengembalikannya.

Di tengah perjalanan Sobhy menelponku dengan ponsel temannya. Kita berjanji bertemu di stasiun Shohadaa. Apa kalian tahu teman? Sebelum stasiun ini dinamakan Shohadaa. Dahulunya nama stasiun ini bernama Mubarak. Karena benci dan traumanya rakyat Mesir dengan nama “Mubarak”. Semua tulisan “Mubarak” entah di Metro, di jalan, ataupun di tembok-tembok. di hapus, di coret dan diubah menjadi nama lain. Bahkan saat hari raya idul fitri, teman malaysiaku mengucapkan “Ied el-Mubarak” yang artinya “selamat idul Fitri” kepada teman Mesirku. Si teman Mesir berkata “Tidaak….jangan sebut-sebut nama itu lagi. Kumohon…..” ahahaha aku jadi bingung mau tertawa atau kasihan.

Aku duduk di stasiun Metro sendirian. Tanpa satu orang indonesiapun yang menemani. Kanan-kiriku duduk beberapa orang Mesir. Dan sempat aku lihat sebagian mereka mondar-mandir menunggu Metro selanjutnya. Juga ada yang bersandar di tembok dan bercakap-cakap. Suara ini…sensasi ini…keadaan ini…sungguh menakjubkan..!!! pikiranku Flashback. Menggambarkan diri beberapa tahun yang lalu. Saat di Indonesia. Berpetualang sendirian mencari informasi dan jalan ke Madinah. Diterpa rintihan hujan, tersengat keluh matahari. dan selalu menciptakan rantai do’a di bibir dan sanubari. Berharap ada orang dermawan bersedia memberi secuil ruang, tempat aku menginap di malam yang gulita.

Pada akhirnya…Allah menakdirkan aku berbelok. Berpindah haluan ke Mesir. Tapi aku tahu. Jalan yang Dia tunjukkan padaku adalah jalan yang terbaik. Yaa…aku mulai merasakan secuil hikmah maksud Allah mengirim aku di tanah ini. aku bisa bertemu para orang hebat di sini. seperti bapak Habibie dan lain-lain. Bisa belajar Jurnalistik dan mewawancarai orang-orang terkenal. Semua hal itu tidak mungkin aku temukan di Madinah. Dan lagi-lagi itu hanya secuil Hikmah yang Allah berikan kepadaku. Yaa….hanya secuil. Aku tahu itu. Allah akan terus mengalirkan hikmahnya kepadaku sampai akhir hayat nanti. Bukan hanya kepadaku, tetapi juga kepada para makhlukNya yang berserah diri kepadaNya.

Zhie

Oia kelupaan. Saat aku tiba di rumah pukul 11 malam. Teman2 ku sudah terlelap. Mungkin mereka kecapean. Hari ini memang ada Family Day. Semua anak asrama pergi ke Nadi[1]. olahraga sepakbola, voli, tarik tambang, dll. Aku tidak ikut, karena aku ada kelas di Cairo University. Lagian, klo aku hadir pasti aku Cuma jadi penonton. Membosankan L.


[1] Tempat untuk berolahraga di Mesir.
0 Responses

Posting Komentar

abcs