Sisi Kelam Negeri Kinanah

Sabtu, 9 Maret 2012

Jenuh. Tidak ada kegiatan. Beberapa dari kami berinisiatif untuk jalan-jalan di masjid yang belum pernah kita kunjungi. Awalnya aku kurang berminat, tidak ada tempat lain apa? Sesaat setelah aku tiba di lokasi, rasa “tak berminat”pun hilang berganti dengan terpesona. Bangunan klasik nan megah terpampang di hadapanku. Masjid yang mirip benteng zaman kerajaan.

Angin berhembus sangat kencang di sana. Padahal sebelum memasuki masjid, angin hanya mengalir sepoi. Mungkin tekstur bangunannya yang teramat tinggi menyebabkan angin saling memantul (teori darimana itu? gak Jelas..!! )

Terlihat oleh kami, masjid itu sudah tidak menjadi tempat untuk beribadah. Namun sudah menjadi tempat wisata. Hampir tidak ada yang sholat jama’ah di sana. Dan beberapa siswa/siswi Mesir menyewa bis pariwisata untuk berkunjung di sana. Dan masjid ditutup usai Ashar. Kalau memang digunakan untuk beribadah kenapa harus ditutup setelah Ashar?

Perjalanan kami berlanjut. Menuju ke kota Zamalek. Kini aku yang menjadi pemandu jalannya. Ahaha beruntungnya orang yang “buta arah” seperti aku bisa menjadi penunjuk jalan. Meski agak sedikit bingung jalannya (karena aku buta arah) akhirnya sampai juga dengan selamat. Ahahaha

Aku ingin menunjukkan kepada mereka tempat budaya di Mesir. Dan ada beberapa masalah teknis yang terjadi. Ruangan bagian depan di renovasi. Jadi tidak ada lukisan dan foto yang dipajang. Kami mencoba masuk ke dalam. Ada talk show sosiologi.

Kami keluar dan memasuki pintu belakang. Di sana berkumpul anak-anak muda Mesir. Entah ada acara apa di sana sampai menyedot antusias mereka. Dan saat kami memasuki tempat acara, baru kami tahu ternyata ada konser band Metal di sana.

Suasan yang berbeda dari biasanya. Sisi gelap Mesir akhirnya terlihat. Tak henti-hentinya pamuda-pemudi yang berpakaian serba hitam masuk memenuhi ruangan. Beberapa pelajar yang duduk berdiskusi di sana ikut terusik dan mulai keluar. Yang tersisa hanyalah kami dan lautan hitam.

Ternyata rumor itu benar. Setelah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Gerombolan anak metal dari ujung kepala sampai ujung kakinya memakai pernak-pernik yang serba hitam. Mulai baju, celana, sepatu, sampai sandal jepit pun hitam.

Mayoritas gadisnya tidak berjilbab. Pakaian terbuka dan ketat. Beberapa memakai tindik. Buyar sudah citra Mesir sebagai negeri para ulama. Dari balik tirai terdengar suara teriakan. Konser metal yang memekakkan telinga. Aku yakin mereka pasti loncat-loncat gak jelas di dalam panggung.

Kami terpaku beberapa saat. Ingin memotret dan merekam tetapi malu. Dikira wong ndeso[1]. Kami Cuma pura-pura mengobrol dan membaca jadwal acara. Karena tidak tahu apalagi yang harus diperbuat. Kami benar-benar tenggelam dalam kepekatan.

Zhie


[1] Orang pedesaan. Orang gak gaul.
0 Responses

Posting Komentar

abcs