Cerpen Sederhana di Keheningan Malam

satu bulan yang lalu, tepatnya Jum'at tanggal 8-April-2011 pukul satu dini hari, aku menikmati keheningan malam sendirian, tenggelam dalam kesunyian Tahajjud, ku lihat sekeliling, teman-teman sudah terlelap. usai aku panjatkan do'a kepada Sang Maha Pencipta Seni di dunia ini, aku kembali ke Laptopku.

jemariku menari di Keyboard, membuat sebuah cerpen sederhana, inspirasi dari kejadian beberapa hari yang lalu. kemudian cerpen itu aku terbitkan di akun Paperdrink ku. dan tidak aku sangka beberapa memberi komentar di cerpen yang aku buat. salah satu orang bilang sangat menyukai cerpenku karena menggetarkan hati usai membacanya, aku sungguh terharu, cerpen sesederhana itu bisa menggetarkan hati orang lain.aku sungguh...sungguh terharu.

dan....inilah cerpen sederhana yang aku buat

*******

*******

Ku langkahkan kaki menuju pintu gerbang, udara masih dingin menusuk pori-pori kulitku, sisa-sisa musim dingin masih terasa di negeri ini, padahal sudah beberapa bulan ini musim semi memasuki hari-hari ku.

Aku pulang bersama teman satu kampusku, Ammar, pemuda berkacamata berkebangsaan Rusia, aku dengar dia Hafal Al-Qur’an 30 juz, Masya Allah..! seharusnya pemuda seperti dia kuliah di Mesir, Yaman, Libya atau di Saudi, itu lebih baik baginya, pikirku. Tapi dia lebih memilih kuliah di Harvard University. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia mengambil jurusan Hukum.

Terkadang saat dia tengah sendirian, aku mencoba mendekatinya, rasa penasaranku menjadi-jadi, aku bertanya kenapa dia memilih kuliah di Harvard, kenapa memilih lingkungan seperti ini? Lingkungan yang mungkin akan menjerumuskannya, banyak orang-orang barat yang melakukan tindakan tidak senonoh di jalanan yang mungkin akan merusak hafalan Al-Qur’annya. Dengan enteng dia menjawab, “seseorang akan jauh lebih berkembang jika bertemu dengan banyak rintangan”, Jawaban yang membungkam mulutku.

Pemuda berbola-mata biru itu pernah bercerita kepadaku, dia ingin menjadi Hakim dan Pengacara yang menjunjung tinggi ajaran Islam, karena hampir semua pelaksana hukum di Negara-nya telah di butakan oleh kesemuan.

*******

Tiga lapis baju hangat sudah aku pakai, tetapi udara dingin masih saja merayap di setiap bagian tubuhku, aku melihat ke arah Ammar, dia santai saja menggunakan baju satu lapisnya, ah…..memang berbeda antara orang tropis dan orang yang terbiasa hidup di tempat bersalju.

Di tengah perjalanan pulang, seorang lelaki berumur 40-an berdiri di samping tembok luar kampus, menawari kami Tissue yang dia bawa, kami menolaknya, saat ini kami tidak membutuhkanya, dari belakang dia terus mengikuti kami, aku tidak peduli dan acuh, kejadian ini sering terjadi di sini, penjual yang memaksa pembeli.

Di tengah keacuhanku, Ammar berbalik, sekilas kulihat lelaki berwajah ke-bapak-an itu menangis sesenggukan di hadapan Ammar, tangan kekar temanku itu memberikan uang satu Euro, bapak itu sangat berterimakasih dan memberikan beberapa kotak Tissue sebagai balas budi, tetapi dia menolak.

Ammar kembali mendekatiku,

“Sieg…Bapak tadi kecopetan di bis”

“600 Euro”

“Padahal itu gaji pertamanya“

Langkahku terhenti mendengar pernyataan sahabat Rusia-ku itu, juga karena mendengar lirik lagu MP3 Maher Zain yang saat ini sedang ku dengar,

Tell me when did we become,

So cold and empty inside

Lost a way long time ago

Did we really turn out blind

Aku tidak kuat lagi menahan jiwaku yang bergejolak di dalam dada, aku mencoba mundur dan berbalik tanpa sepengetahuan Ammar, dengan Lagu Maher Zain-Hold My Hand yang masih terngiang di telingaku.

How could we ignore , heartbreaking crying sounds

Aku langkahkan kaki menuju Bapak penjual Tissue itu…

And we’re still going on

Aku raih kedua tangannya…

Like nobody really cares

Aku masukkan tanganku ke dalam tas…

And we just stopped feeling all the pain because

Aku ambil selembaran kertas yang ada di dalamnya…

Like it’s a daily basic affair

Aku berikan kertas-kertas itu ke tangan bapak penjual Tissue tanpa mengatakan satu kata pun.

Aku kembali berlari mengejar Ammar, punggung Ammar yang sulit aku raih….

Now we share the same bright sun,

The same round moon

Why don’t we share the same love

Tell me why not

Life is shorter than most have thought

Hold my hand

There are many ways to do it right

ZHIE

1 Response
  1. Man Says:

    bagus, ttp semangat gan untuk membuat cerpen" brikut nyh....... (y)

Posting Komentar

abcs