Orang-Orang Mengenalku

19-Mei-2011

siang ini, aku melihat pengumuman yang di tempel Berri, sahabatku dari Palembang. pengumuman seminar Fiqh, tentang "Salafiyah dan Madzhab". aku mengatakan keinginanku kepada Berri untuk mengikuti acara tersebut, dia mengiyakan dan segera menjemput aku dan Fikri jam dua siang.

perjalanan yang amat memuakkan, di tengah panasanya musim panas, kita menunggu bis. ada temanku yang sudah menjadi patung akibat terlalu lama menunggu bis yang tak kunjung datang. miris sekali kota ini.

tiba-tiba Berri berteriak, "Bis datang cuy", kami langsung berdiri dan berlari menghadang bis. beginilah keadaan di kota ini, bukan bis yang membutuhkan penumpang, tetapi kitalah yang membutuhkan bis, setiap bis yang lewat, hampir tidak pernah berhenti, mereka hanya menurunkan kecepatan, kitalah yang harus berlari dan melompat kedalam bis, tak heran jika awal aku sampai di Mesir aku sempat terjatuh karena bis yang tidak mau berhenti, mengakibatkan celana hitamku sobek dan menyisakan sedikit goresan luka di kulitku.

bis-nya penuh, tapi orang-orang tetap saja berusaha masuk, akupun juga begitu, meski penumpang sudah membludak keluar pintu, aku tetap saja memaksakan diri untuk ikut berjejal, aku tidak mau lagi menunggu lebih lama lagi bis selanjutnya. aku tidak mau membuang waktuku hanya untuk menunggu bis.

aku berhasil masuk, meski aku terhimpit orang-orang Mesir yang berbadan besar, Berri tiba-tiba berteriak kepadaku, "Din..!! bagaimana? masih hidup?", aku lantang berteriak, "masih hidup ber..!" aku tidak peduli kalau teriakanku terlalu keras, karena aku yakin orang-orang mesir tidak mengerti ucapanku.

di pojok pintu, aku lihat dua orang gadis cina sedang terhimpit juga layaknya kami, wajah kuning cina dengan balutan kerudung membuatku semakin bangga dengan islam, di Indonesia hampir tidak pernah aku melihat wajah cina seperti mereka memakai kerudung.

tapi aku bersyukur di dalam hati, mereka ada di dekat pintu, sehingga tidak terlalu terhimpit seperti kita. tetapi..tetap saja aku aku tidak tenang melihat perempuan yang terhimpit seperti itu, karena terkadang laki-laki hidung belang memanfaatkan situasi ini, mencari kesempatan dalam situasi terhimpit ini.

aku pasang mata kepada orang-orang mesir yang ada di dekat dua gadis Cina itu, bersiap-siap melabrak mereka langsung jika berani macam-macam atau melihat gerakan-gerakan aneh yang mereka lakukan, tetapi untunglah tidak ada yang terjadi sampai mereka berdua turun.

saat kami tiba di tempat tujuan, alangkah kecewanya kami, acara belum juga dimulai, sepi peserta bahkan pembicaranya pun belum hadir, dan yang lebih mengejutkan lagi, pesertanya semuanya perempuan...! AAAaaaaaarrgghhh..!!

aku dan Fikri sangat merasa malu, kami bersembunyi di tembok, kemudian Berri di panggil oleh seorang perempuan yang tidak aku kenal, "Berri....kamu mengajak siapa...itu anak Informatika(organisasi pers yang aku ikuti) kan?"

aku terkaget...ternyata aku dikenal, aku tidak berani bertanya darimana dia mengenalku, aku terlalu malu berbicara dengan perempuan.

dan aku teringat peristiwa beberapa hari yg lalu, saat aku berjalan-jalan bersama Rahmat, temanku dari Sulawesi, melihat-lihat keadaan lomba bedah Turots(Kitab Klasik) berlangsung. tiba-tiba orang yang tidak aku kenal menyapaku,"Zainuddin ikut lomba juga?" aku terpanah....darimana dia mengenal namaku? aku langsung menjawabnya, "emm...tidak kok, cuma lihat-lihat sekaligus menemani teman yang mau ikut lomba".

Rahmat pun heran dan bertanya kepadaku,

Rahmat : " Zen, darimana kamu kenal dia? ".

Aku : " aku tidak mengenalnya mat, Sungguh.! "

Rahmat : " sepertinya banyak yang mengenalmu Zen, tapi kamu tidak tahu siapa mereka "

kemudian temanku nyeletuk, Ciee.....Zainuddin banyak penggemarnya.

dan...beberapa kali orang-orang menyalamiku dan berkata, "antum yang menjadi panitia pelatihan menulis dan menerjemah itu yaa?", aku mengangguk pelan dan melempar senyum kepada mereka.

Zhie

0 Responses

Posting Komentar

abcs